TNGL Seksi Besitang Lakukan Operasi Simpatik Pemulihan Kawasan Sekoci

Laporan Wartawan Sora Sirulo SALMEN SEMBIRING dari Besitang

 

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) memiliki beragam eksosistem. Mulai dari pantai sampai pegunungan, dijadikan habitat 4 satwa kunci yang merupakan bagian dari satwa prioritas Indonesia; Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatraensis), Badak Sumatera (dicerorhinus sumatraensis), dan Orangutan (Pongo Abelii). Gangguan terhadap kawasan TNGL mengancam populasi satwa kunci ini akibat konflik tenurial, dimana terjadi tumpang tindih kepentingan untuk menggunakan kawasan konservasi.

Bermacam antisipasi dan penanggulangan telah ditempuh dengan hasil yang menimbulkan dampak terutama kepada warga setempat.

Kegiaatan operasi simpatik berupa pembersihan tanaman perkebunan merupakan bagian dari tahapan proses pemulihan eksosistem hutan TNGL. Salah satu upaya yang akan dilakukan untuk penanggulangan bekas perkebunan ini adalah kemitraan konservasi untuk mengembalikan fungsi kawasan hutan dengan mengedepankan partisipasi warga penggarap sebagai mitra dengan menerapkan prinsip win win solution.

Awalnya tanaman sawit diidentifikasi oleh tim patroli TNGL. Setelah melakukan pemeriksaan, pengecekan dan pendekatan intensif dengan penggarapnya, tanaman secara sukarela diserahkan oleh penggarap untuk selanjutnya dilakukan pemulihan kawasan.

Nano, pemilik lahan, dalam wawancara dengan Kepala Balai Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Sumatera (Gakkum LHK) (Edward Sembiring) mengaku sukarela menyerahkan tanamannya untuk diganti sesuai dengan tanaman yang diakomodir dalam kemitraan konservasi nantinya.

Luas lahan yang direstorasi adalah 1,5 Ha dengan tanaman di dalamnya berupa 220 pokok sawit. Petugas dari Balai Gakkum Sumatera, TNGL, Polsek Besitang, Koramil Besitang dan warga secara bersama menumbangkan sawit yang berumur 4 – 5 tahun tersebut [Kamis 6/9]. Turut hadir di kegiatan ini Kepala Gakkum Sumatera (Edward Sembiring) dan Kepala Seksi VI Besitang (Octo P. Manik).

Pada kegiatan operasi turut Kepala Balai Gakkum LHK Sumatera secara simbolis menyerahkan bibit durian, matoa dan aren kepada penggarap.

“Kegiatan ini menjadi bagian implementasi dari paradigma baru pengelolaan kawasan konservasi yakni menjadikan masyarakat sebagai subyek, penghormatan kepada HAM, kerja sama lintas eselon dan resort based management,” ujar Sembiring.

Nano (penggarap) secara simbolis menanam tanaman buah bersama Kepala Gakkum Sumatera dan Kepala Seksi 6 Besitang TNGL

Hal ini ditunjukkan dengan sinergitas pihak–pihak yang terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan kegiatan yaitu TNGL, Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum LHK Sumatera, Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera, BPKH Wilayah I Medan, BPDASHL Sungai Wampu Sei Ular, OIC, YPOI serta kelompok tani hutan konservasi yang ada di Besitang. Ini menunjukkan adanya kesepahaman antar lintas sektor dan kesadaran masyarakat setempat untuk mengembalikan fungsi kawasan.

Pasca kegiatan pembersihan lahan dari tanaman sawit akan dilakukan restorasi degan penanaman tanaman hutan endemik kawasan TNGL diselingi tanaman buah (MPTS). Ini bertujuan selain mengembalikan fungsi kawasan juga untuk mendukung perekonomian warga setempat. Pelaksanaan restorasi melibatkan warga setempat dan mitra lainnya. Ini membutuhkan dukungan dari banyak pihak agar tujuan dari kemitraan konservasi dapat dicapai dengan efektif.

“Kita harapkan penggarap lainnya yang masih memiliki tanaman serupa juga mengikuti langkan Pak Nano. Kalau tidak, tentunya akan ditindak dengan peraturan yang berlaku,“ tambah Edward Sembiring.

Satu per satu pokok kelapa sawit yang ditanam oleh Nano di lahan garapan milik TNGL ditebang untuk dihutankan kembali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.