Kolom M.U. Ginting: Andi Tristianto Sutrisna

M.U. GintingSeorang pejabat MA moralnya runtuh dengan duit Rp. 400 juta, bernama Andi Tristianto Sutrisna (ATS). ATS ditangkap terkait masalah putusan MA dengan perkara Nomor 1867 K/sus/2015. Perkara tersebut diputus pada 9 September 2015 dengan susunan Majelis Sidang yang diketuai Hakim Artidjo Alkoster.

Dengan penangkapan dan pemecatan langsung ATS, ini namanya kerjasama yang bagus antara KPK dan MA. Dan cepat juga MA bertindak. ATS langsung dipecat supaya tidak mengganggu penyelidikan. Bagus sekali!

MA seolah tak mau disalahkan atas peristiwa ini.

“Kalau masalah pengawasan sebenarnya sudah ketat, perbuatan orang di luar MA juga bisa dilakukan by phone dan sebagainya. Aturan SOP sudah ketat, bahwa perkara itu sudah sesuai waktu. Upaya ke depan akan lebih ketat, pengawasan dari manajemen perkara di MA,” kata Juru Bicara Mahkamah Agung Suhadi di merdeka.com.

Walaupun ’pengawasan sebenarnya sudah ketat’ ternyata masih perlu diperketat lagi. Dengan kebocoran ini berarti MA digrogoti dari dalam oleh pegawainya sendiri. MA adalah badan penting bikin putusan perkara, kalau hanya dengan duit Rp. 400 juta moralnya sudah bisa runtuh, kan sangat keterlaluan.

Korupsi di bagian badan penting kekuasaan RI merupakan sasaran preoritas bagi usaha merongrong KEKUASAAN RI dan NATION Indonesia. Korupsi termasuk dalam KPK 43 serangkai usaha luar dalam perongrongan itu. Tiga serangkai itu adalah terorisme, korupsi dan narkoba.

Dalam soal narkoba sasaran utama dan yang paling banyak tertimpa sekarang menurut kepala BNN BW ialah pelajar SMP dan SMA. Ini namanya urat nadi survival RI sudah jadi sasaran utama perongrongan itu.

Dalam soal korupsi, sasarannya adalah badan-badan penting dalam kekuasaan RI, seperti MA.

Dalam soal Terorisme adalah bikin ’Fear Mongering’ (bunuh sebanyak mungkin) supaya penguasa bertekuk lutut dipaksa oleh ketakutannya. Tetapi Presiden Jokowi sudah tegas bilang tak perlu takut terhadap teroris. Juga Wakil Presiden JK bilang kalau terorisme tak ada kaitannya dengan agama Islam. Jadi, teroris itu prinsipnya hanya bunuh orang sebanyak mungkin, menakut-nakuti sebanyak mungkin. Karena itu, jangan ada lagi yang gampang tertipu anggap terorisme ada kaitannya dengan agama apa saja. TAK ADA ITU.

Gak usah bicara soal agama kalau bicara soal terorisme. Jangan ada lagi orang normal dari kalangan pejabat maupun dari kalangan agama yang mengaitkan teroris dengan agama, supaya tidak tertipu, menipu diri sendiri dan sangat penting juga tidak menipu orang lain mengait-ngaitkan teroris dengan agama. Atau jangan mengaitkan dengan keadilan sosial seperti terorism abad lalu tahun 70-an. 




Ketua MUI Din Syamsuddin pernah bilang kalau pemberantasan terorisme seperti cari anggaran. Terlihat begitu memang di negeri ini. Berapa anggaran dikeluarkan untuk itu. Semacam peningkatan ekonomi bagi sebagian kecil elit ’pejuang pemberantas terorisme’. Bisa juga digoogle soal peningkatan ’war-based economy’ di Amerika bagi sebagian kecil industri besar, terutama industri senjata dan bom.

Teroris itu pada dasarnya adalah orang-orang kriminal yang memang mencari pekerjaan demikian, dan juga orang-orang naif, anak-anak muda dari dunia pengangguran dan tak berpendidikan di Eropan atau negeri berkembang yang gampang di brainwash percaya langsung masuk surga setelah bunuh diri.

Terorisme erat kaitannya dengan ’teror-based industry’ atau ’war-based economy’. Bisa digoogle kenaikan saham industri senjata setelah teror Paris. Atau bisa digoogle mengapa John Kerry tak menginginkan presiden Suriah dijatuhkan dari kekuasaannya. Supaya perang bisa terus, saham bisa naik terus, laba naik terus dari perusahaan-perusahaan itu. Berapa banyak keuntungan perusahanan itu selama perang Suriah, juga bisa digoogle.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.