Oleh: Plato Ginting (Yogyakarta) Berbicara tentang Usman Ginting, hampir semua orang Karo mengenalnya. Penyanyi berkelas yang mempopulerkan lagu ‘Sira Ndabuh ku Lagan’ ini merupakan salah satu penyanyi yang bagiku sudah layak disebut sebagai ‘Living Legend’ nya seniman Karo, khususnya dalam bidang tarik suara dan menulis lagu.Di tulisan ini, aku akan menggunakan dua sudut pandang yang tidak terlalu jauh berbeda. Pertama, dari kacamata seorang tokoh penting dalam filsafat, dan yang ke dua dari kacamata seorang pemuda yang sedang semangat untuk belajar banyak hal.Sengaja aku memberi tanda petik pada nama ‘Plato’ dalam judul di atas. Karena Plato yang kumaksud hendak mewakili salah satu tokoh idolaku yaitu Plato Filsuf dan aku sendiri Plato Ginting.Menurut Plato filsuf asal Athena Yunani yang hidup pada (427 – 347 SM) ini, musik memiliki peran yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Dalam bukunya yang sangat tersohor berjudul Republik, Plato mengatakan bahwa keberadaan musik merupakan pencerminan dari watak, karakter dan moralitas sebuah masyarakat. Bahkan Plato mengatakan, masyarakat yang memandang musik hanya sebagai hiburan adalah masyarakat yang bermoral rendah.Lalu, apa kaitannya dengan Usman Ginting? [one_fourth]Usman tidak hanya menjadikan musik sebagai hiburan semata[/one_fourth] Bagiku, Usman merupakan seniman yang pantas disejajarkan dengan Djaga Depari. Lagu-lagunya merupakan refleksi dari kehidupan masyarakat Karo. Seperti yang diutarakan oleh Plato filsuf, Usman tidak hanya menjadikan musik sebagai hiburan semata. Plato juga mengatakan bahwa musik sebagai hiburan memang penting terutama untuk kesehatan jiwa kita. Namun, musik yang hanya dibuat untuk hiburan tidaklah layak disebut sebagai musik yang ideal menurut Plato.Mengapa Usman Ginting aku sebut sebagai seniman yang istimewa? Karena lagu-lagunya tidak dibuat hanya untuk hiburan semata. Coba lihat lagu ‘Didong Doah’ yang mengandung pesan yang sangat dalam untuk seorang anak yang hidup dalam keluarga sederhana. Atau lagu ‘Tading-tadingen’ yang hendak mengingatkan kita supaya tidak lebih mementingkan harta daripada persaudaraan. Lagu ‘Apa Adanya’ yang dengan pintar menyindir para anak muda yang bersekolah hanya untuk senang-senang dan bergaya-gaya. Masih sangat banyak lagu lainnya yang akan sangat panjang jika kita bahas satu per satu. Kalian boleh dengarkan dan coba diresapi setiap kata yang dirangkai dengan nada yang indah. Bagiku pribadi, Usman Ginting merupakan model yang pantas dijadikan teladan oleh pelaku seni khususnya dalam musik Karo. Aku tidak bermaksud terlalu mengagung-agungkannya. Masih banyak seniman Karo yang tidak kalah dengan karya-karyanya. Namun dalam tulisan ini aku ingin memfokuskan pada sosok Usman Ginting.Lalu pertanyaannya, apakah kita selama ini hanya menjadikan musik untuk hiburan semata? Atau malah hanya untuk popularitas, materi dan kesenangan lainnya? Kita harus belajar lebih banyak lagi sepertinya.Salam Mejuah-juah.Di bawah ini disertakan sebuah clip penampilan Usman Ginting dalam lagu “Kai Hukumna” (Teks lagu dapat dilihat di bawah clip) KAI HUKUMNA (Cipt. Usman Ginting)Tersurat ibas padan ateku ceda nde nangin lanai bo banci ersada la ndungi merampus gia bagem ku baba babaRasak-asak ate mesui Nande Nangin ngobah perdalan lanai bo tertagangi ngapul-ngapuli bana sirang ras ate ngenaMan bandu si nepa doni inganku nuri nuri janji kam nge si mbegi kai kin hukumna si la nepati rudang si bas tan ku e enggo ndabuh kel kepeTerdaram nge lalap pusuh ngikutken angin sirembus rudang ndai ula min melus ngarap kel aku jumpa gia terjeng ngerana kai kin kurangku bana seh naring ukurndu e erbansa ku bageMan bandu si nepa doni inganku nuri nuri janji kam nge si mbegi kai kin hukumna si la nepati lalar menda perdalan kinahun ku la atanErtahan pusuh e nambah ateku ndele lanai bo ku ukuri uga ku pudi wari piah dagingku kertang perban la ngasup sirangSangapku ibas liah nde nangin me nggom atendu malem sangapku ibas liah agi me nggom atendu malem Post navigationKolom M.U. Ginting: BULLYING Kolom M.U. Ginting: NARSISME KEPEMIMPINAN
“Lagu-lagunya merupakan refleksi dari kehidupan masyarakat Karo. Seperti yang diutarakan oleh Plato filsuf, Usman tidak hanya menjadikan musik sebagai hiburan semata.” “Lalu pertanyaannya, apakah kita selama ini hanya menjadikan musik untuk hiburan semata? Atau malah hanya untuk popularitas, materi dan kesenangan lainnya? Kita harus belajar lebih banyak lagi sepertinya.”Saya merasakan analisa PG semakin mendalam dan luas di Sorasirulo ini.Alangkah bagusnya kalau halaman seni ini bisa dimanfaatkan oleh banyak pemusik Karo sebagai tempat bertukar pikiran dan diskusi tentang musik Karo dan seninya. SS banyak yang membacanya, karena itu sanagt pada tempatnya digunakan untuk tema itu. Banyak yang merindukan, karena bicara soal musik Karo dan seninya menyentuh setiap orang Karo karena lagu itu merupakan refleksi dari kehidupan orang Karo dan juga cara pikirnya.MUGReply