Kolom M.U. Ginting: WhatsApp

M.U. GintingAda beberapa pemikiran yang patut kita diskusikan bersama dalam soal perkembangan teknik baru, teknik ketertutupan yang ketat, program/ aplikasi terakhir WhatsApp ’end-to-end encription’. Kita perlu diskusikan sesama orang Karo dalam perkembangan Karo, sesama orang Indonesia dalam kemajuan Indonesia, terutama dalam soal 3 besar perongrong kemajuan Indonesia yaitu dalam soal KORUPSI, NARKOBA, TERORISME, yang semua dijalankan dengan 100% ketertutupan.

1.  Perkembangan program/ aplikasi terbaru ini akan bertentangan dengan era keterbukaan, karena mempersulit membongkar kejahatan korupsi, narkoba dan terorisme.

2.  Aplikasi ini menutupi data kejahatan 1. narkoba, 2. korupsi, 3. terorisme,  dan menutupi data kejahatan adalah juga kejahatan. WhatsApp harus  bisa dituntut sebagai pihak pembantu atau bahkan pendorong meningkatnya kejahatan.   

3. Aplikasi ini patutnya bisa dikecualikan bagi badan-badan seperti KPK dan BNN, dua badan yang sangat menentukan nasib satu negara/ bangsa. 

4. Dalam perkembangan program/ aplikasi selanjutnya harus mengikutkan PENGECUALIAN kriminalitas. Ini berarti bahwa ”mengharuskan WhatsApp meretas sendiri jejaring sosialnya”. Karena mereka yang menciptakan tekniknya maka mereka juga yang bisa bikin kekecualiannya.

5. Tanpa aplikasi kekecualian seperti KPK dan BNN, bisa dikatakan era keterbukaan jadi terhalang. Paling menyedihkan ialah bahwa KPK dan BNN tak ada lagi nyalinya. 

whatsapp 2Itulah kontradiksi perubahan kemajuan teknik. Jujurnya, jangan sampai aplikasi itu menguntungkan atau bisa digunakan oleh pihak kriminal. Pertanyaan selanjutnya ialah bukankan soal ini adalah tugas murni negara atau pemerintahan melihatnya dari segi hukum? Walaupun soal ini hanya internezzo (ini keyakinan saya !), tetapi akan bisa menjadi faktor berat penghalang keterbukaan yang sekarang dalam proses perkembangannya.

Pertanyaan:

Apakah perubahan dan perkembangan teknik hanya untuk kebaikan?

Jawaban sepintas dan jujur dari mayoritas manusia ialah setuju demi kebaikan, sudah pasti. Tetapi bukan juga sedikit yang menginginkan sebaliknya dalam soal ini, terutama kalau ditinjau dari segi integritas pribadi tiap orang sebagai manusia. Masuk akal juga dan bisa dipahami. Kontradiksi yang sangat jelas di sini sebenarnya ialah menangani keseimbangan antara keterbukaan dan ketertutupan. Membuka kejahatan dan menutupi soal-soal pribadi yang tak perlu dibuka ke umum/ publik. Tetapi harus juga diketahui bahwa inilah juga kesempatan masuknya kejahatan memanfaatkan ketertutupan program/ aplikasi itu.

Seperti sudah sering kita analisa dan diskusikan, masih ada dan masih kuat golongan yang menginginkan serta mempertahankan KETERTUTUPAN. Soal ini yang kita sudah biasa sebutkan dengan analisa dua kepentingan dunia yang sedang berlaku dan berjuang ketat saling berhadapan sekarang yaitu kepentingan nasional kontra kepentingan internasioanl ’global hegemony’ neolib. Yang pertama menginginkan dan menggunakan keterbukaan,  dan yang kedua menginginkan ketertutupan, seperti soal-soal Freeport Papua misalnya, atau juga tadinya soal Blok Masela yang kemudian jadi terbuka. Artinya, sesuai dengan kepentingan nasional negeri kita kalau terbuka atau soal-soal ditaruh di atas meja publik.




Bahwa pemerintah AS lewat Department of Justice (DOJ) akan ‘lawan’ aplikasi ketertutupan WhatsApp ini bisa ditinjau dari berbagai segi pandang. Sejak era Andrew Jackson, pemerintahan AS sudah pindah jadi milik ’element finance center’ atau sekarang namanya ’neolib’. Kenyataan yang ada sejak era Jackson itu ialah bahwa ketertutupan berlaku penuh dalam menjalankan tujuan ’global hegemony’ itu. Di Indonesia sudah kita kenal contohnya yang sangat tipikal, soal 1965, soal Freeport atau Masela juga.

Tetapi mengapa justru pemerintah AS melawan ketertutupan satu ini? Sebab utama saya pikir ialah karena mereka ini belum bisa mengendalikan ketertutupan satu ini! Semua ketertutupan lainnya sejak era Jackson dikendalikan 100% oleh neolib ’global hegemony’. 

Bahwa teknik dan perkembangannya itu sendiri sama sekali tidak memihak siapapun bisa dipahami oleh kita semua. Tetapi penggunaan teknik dan perkembangannya itu akan selalu digunakan oleh manusia atau grup manusia atau negara untuk kepentingannya – itulah yang sudah selalu terjadi di dunia dengan peradabannya, dalam sejarah perubahan dan perkembangannya sampai kini. Contoh yang jelas dalam soal ini ialah perkembangan teknik persenjataan, alat pembunuh manusia itu, berubah dan berkembang sangat cepat karena perang, cita-cita menaklukkan yang lain, bertentangan dengan cita-cita kebaikan itu.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.