Kolom M.U. Ginting: Beda FPI dengan KBB

M.U. Ginting“Itu orang yang dirugikan oleh keberadaan FPI. Yang merasa dilindungi oleh FPI dan kenyamanan FPI tidak menuntut FPI bubarkan,” pungkas Muhsin Ketua FPI.


Melindungi satu grup kan tak perlu merugikan yang lain, Pak Muhsin. Kan ada win win solution atau ’sikuningen radu megersing, siagengen radu mbiring’. Pak Muhsin bisa belajar dari orang Karo dalam soal ini. Misalnya dalam soal KBB (Karo Bukan Batak). Kalau orang Karo bilang KARO BUKAN BATAK, jelas maksudnya dan alasannya, pertama mencerahkan dan selebihnya mengajak semua etnis/grup bersikap adil sesamanya dan bersama memperjuangkan keadilan.

Pertama, penjelasan dan pencerahan sesuai dengan penemuan ilmiah yang sudah terbukti setelah penemuan arkeologi di Dataran Tinggi Gayo 2011, bahwa Karo sudah ada sejak 7400 tahun sedangkan orang Batak menurut Prof. Bungaran Simanjuntak baru datang ke Sumatra 2.500 tahun lalu. Karo sudah ada 5.000 tahun di Sumatra sebelum orang Batak datang ke Sumatra. Jadi tak masuk akal kalau Karo bagian dari Batak. Sangat jauh dari kebenaran.


[one_third]Antara ‘Batak’ dengan Batak[/one_third]

Penemuan ilmiah lainnya ialah dari sejarah munculnya istilah ’Batak’ (dengan tanda kutip) oleh ahli-ahli internasional dan nasional (Perret dan Azhari), sedangkan istilah Batak (tanpa tanda kutip) digunakan oleh penjajah demi pecah belah dan menjaga kepentingan kekuasaan kolonial. Istilah ’batak’ sendiri sangat negatif, termasuk dalam bahasa Karo, ’batak’ artinya perampok atau orang pengembara sambil merampok dalam kamus Darwin Prinst.

Ke dua ialah bahwa KBB selain pencerahan dari segi yang ilmiah, juga mengajak semua etnis negeri ini untuk menghadapi ethnic competition yang abadi itu dengan jalan damai. Metode dan cara-cara dan jalan pikirannya telah banyak diuraikan dalam pencerahan KBB, terutama menghadapi kontradiksi yang dialektis itu sebagai tenaga penggerak perubahan dan perkembangan. Kontradiksi itu (ethnic competition atau group competition) kita manfaatkan demi perubahan dan kemajuan bersama. Artinya dengan jalan dialog, diskusi dan debat dengan argumentasi yang semakin mendalam dan semakin ilmiah.

FPI bisa mencurahkan semua argumentasinya yang ilmiah maupun tidak ilmiah, semua bisa menilai dan mendalami kebenarannya. Kebenaran diuji dalam kancah diskusi dan debat secara damai (DIALOG dan TRANSPARAN) yang juga menjadi ciri utama abad ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.