DARI STASIUN MANGGARAI KE PERBUDAKAN DAN BOB MARLEY

Stasiun Manggarai adalah salah satu stasiun KRL paling sibuk se-Jakarta, bahkan di Indonesia. Saat ini akan memiliki 22 peron dan menjadi stasiun transit. Menurut data, dalam sehari sekitar 1,2 juta orang transit di Stasiun Manggarai hari ini.

Stasiun Manggarai merupakan stasiun bersejarah dan  tercatat sebagai cagar budaya.

Bagaimana tidak, stasiun yang didirikan pada tahun 1914 ini menjadi saksi bisu Sejarah Jakarta dan Indonesia. Sejak masa Kolonial, pemberontakan pemuda dan buruh pada masa revolusi serta kisah penyelamatan Soekarno dari tentara NICA. Dari stasiun Manggarai inilah Soekarno memindahkan Ibukota Indonesia ke Yogyakarta.

Dikutip dari situs Dinas Kebudayaan Jakarta, sejarah Stasiun Manggarai sudah ada sejak lama. Didirikan setelah Staatsspoor en Tramwegen (SS) menguasai jalur kereta api di Jakarta. SS merupakan perusahaan kereta api negara yang ada pada saat itu. Sebelum ada stasiun, kawasan Manggarai telah dilintasi jalur kereta api yang dibangun oleh perusahaan swasta Nederlansch-Indische Spoorweg Maatschappij sejak tahun 1873.

Stasiun terdekat adalah Bukit Duri yang berjarak 400 meter di Selatan Stasiun Manggarai. Jalur kereta api tersebut kemudian dibeli dan dikuasai oleh perusahaan SS sejak tahun 1913. Setelah itu, jalur kereta api di Jakarta ditata ulang dan dibangunlah Stasiun Manggarai yang dipimpin oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. J. Van Gendt.

Seorang sahabat di Belanda tiba-tiba bertanya setelah saya mengunggah foto dan video Stasiun Manggarai di medos saya.

“Mengapa namanya Manggarai?” tanyanya.

Saya hanya bilang di kawasan itu memang banyak orang dari Timur berdiam sejak dulu. Tetapi, dia tidak puas dengan jawaban saya, sehingga saya jadi ikut kepikiran juga. Ya, mengapa nama suatu daerah nun jauh di NTT sana menjadi nama sebuah kawasan dan stasiun tersibuk di Ibu kota?

Lalu, bagaimana sejarah penamaan Manggarai sendiri? Lewat kemudahan selancar browser sayapun mulai mengulik-ngulik tentang Kawasan Manggarai, Jakarta.

Betapa terkejut dan kagetnya saya, ternyata penamaan Manggarai terkait dengan perdagangan budak di Batavia pada abad ke 17 – 18. Lokasi Manggarai saat itu adalah pasar terbesar dan banyak budak dari Manggarai Flores, Nusa Tenggara Timur yang ikut diperjualbelikan di sini dan juga daerah-daerah lainnya seperti Bugis, Bali, Jawa dan Nias. Para budak dari Manggarai ini tinggal dan bekerja di daerah yang sekarang kita kenal dengan nama Manggarai.

Saya coba membaca beberapa jurnal tentang perdagangan budak di Indonesia dan Asia. Kesimpulan saya pada masa itu antara abad 16-18 perdagangan budak adalah salah satu yang mendatangkan profit tinggi. Para budak belian dari Nusa Tenggara, Bali, Bugis, Nias, Jawa bahkan dari Burma, India banyak dibawa ke Jakarta dan diperjualbelikan pada masa itu.

Kendati kemudian di abad ke 18 Pemerintahan Belanda dan Inggris melarang praktek perdagangan budak, hal ini masih terus berlanjut. Terutama melibatkan para penguasa lokal dan bajak laut sebagai perantara mereka untuk menjual para budak.

Efek praktek perbudakaan ini mungkin masih bis kita rasakan saat ini. Misalnya, dengan mengganggap etnis lain lebih rendah dari kelompok kita dan sebaliknya. Silahkan cermati sendiri di sekitar kita.

Sebuah lagu yang mengamati dengan detil perbudakan ini dituilis oleh Bob Marley yang berjudul Redemption Song. Bob Marley sendiri adalah seorang keturunan budak. Sejarah perbudakan dia lukiskan dalam lagunya berikut efeknya terhadap pemikiran dan nasib yang masih terasa hingga saat ini, dengan jelas ia menceritakan tentang seseorang yang diculik menjadi budak yang berjuang untuk kebebasan fisik dan mental.

Jelas dia menyadari perbudakan mental yang masih bisa terjadi bahkan ketika Anda dikatakan bebas.

Dalam lagunya Marley mengutip kata-kata “Emancipate yourself from mental slavery… none but ourselves can free our minds,”  diambil dari pidato tahun 1937 yang diucapkan oleh nasionalis kulit hitam Marcus Garvey dan filsuf serta aktivis Pan-Afrika, yang lahir di Jamaika.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.