G7 Tak Akui Referendum Krim (Ukraine)

loreta 13LORETA KARO SEKALI. AMSTERDAM. 7 negara industri terkuat di dunia yang tergabung dalam G7 tidak akan mengakui referendum Krim (Ukraine).

Hal ini disampaikan oleh para pemimpin G7 hari ini [Rabu 12/3] lewat sebuah pernyataan bersama sebagaimana terlihat di website Gedung Putih. Adapun Referendum Krim menurut rencana akan diadakan Minggu 16 Maret 2014 yang akan datang untuk menentukan pilihan warga apakah tetap bergabung dengan Ukraine atau menggabungkan diri dengan Rusia.

Alasan utama penolakan mereka mengakui Referendum Krim adalah karena bertentangan dengan Undang-undang Dasar Ukraine. Selain itu, kehadiran tentara Rusia di sana sangat mempengaruhi pilihan warga serta bagaimana berlangsungnya referendum.

Para pemimpin G7 meminta Rusia membiarkan keadaan di Krim sebagaimana adanya sekarang sambil menunggu perkembangan berikutnya tanpa ikut campur di dalamnya.

“Pencaplokan Rusia terhadap Krim akan merusak kepercayaan dunia terhadap kekuatan hukum yang seharusnya menjamin kedaulatan sebuah negara menentukan nasibnya sendiri,” kata para pemimpin negara G7 yang terdiri dari Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Inggris, Jerman, Italy dan Jepang.

Menurut para pemimpin G7, pencaplokan Krim oleh Rusia merupakan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ketetapan Helsinki dari PBB, dan berbagai kesepakatan internasional lainnya.

Menlu Amerika Serikat John Kerry akan bertemu dengan Menlu Rusia Sergei Lavrove di London Jumat ini untuk membicarakan keadaan di Krim. Menurut rencana, Kerry akan mengusulkan beberapa opsi untuk mendapatkan solusi berkenaan dengan Krim.

Sementara itu, para pemimpim Eropah terus berusaha menekan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menarik pasukannya dari Krim. Presiden Perancis Francois Hollande meminta Putin untuk sebisa mungkin menggagalkan bergabungnya Krim ke Rusia.

“Kalau itu toh akhirnya terjadi juga, ini artinya pencaplokan yang tak bisa ditolerir,” kata Hollande.

Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan agar Uni Eropah menjatuhkan sanksi-sanksi yang bisa menghindarkan Krim bergabung ke Rusia

Sebagai tambahan informasi, kemarin [Selasa 11/3], parlemen Krim memproklamirkan Krim lepas dari Ukraine. Dari 99 anggota parlemen Krim, 78 menyetujui lepas dari Negara Ukraine. Dengan keputusan ini, referendeum yang diadakan Minggu ini akan semakin lempang secara juridis karena Krim tidak terikat lagi dengan Undang-undang Dasar Negara Ukraine.

One thought on “G7 Tak Akui Referendum Krim (Ukraine)

  1. Dialog, diskusi, debat, argumentasi yang semakin ilmiah mendekati kebenaran dan dengan sendirinya juga akan mendekati KEADILAN, itulah yang akan menyelamatkan kemanusiaan dan mendukung perubahan, perkembangan dan kemajuan dunia abad 21.

    Hampir 350 th yang lalu (1649) serdadu Oliver Cromwell datang menduduki Irland, bikin peraturan sendiri atas rakyat Irland yang berlawan, dan membantai rakyat Irland sampai 50% mati bahkan ada sejarahwan yang menulis sampai 5/6 rakyat dibantainya. Irland jadi jajahan Inggris, penduduknya tinggal sedikit. Yang tak dibantai diasingkan ke Australia, dan sampai sekarang juga terlihat sebagian penduduknya orang Irland, jelas bisa dibedakan dengan orang-orang Inggris.

    Itulah sejarah.

    Tahun 2014 Krim diduduki oleh militer Rusia, bikin peraturan sendiri dan mau menyatukan dengan Rusia pakai referendum. Referendum kalau diawasi dengan laras senapang, itu sama dengan referendum era Soeharto, referendum fasis militer.

    Untunglah Cromwell tak bikin referendum, kalau bikin maka samalah dengan Putin. Kelebihan Putin dari Cromwell ya itu, Putin sudah tahu apa itu referendum, Cromwell tak tahu. Itulah 350 th perubahan dan perkembangan Putin. Tapi tak cukup, sebelum Putin mengerti sepenuhnya perkembangan sekarang, seperti kalimat pertama diatas.

    Kita bisa melihat bedanya yang lain dengan 350 th lalu, Cromwell dengan Putin. Cromwell tak berargumentasi, tapi bikin pertumpahan darah. Putin tak berani atau belum berani bikin pertumpahan darah, tetapi juga tidak berani atau belum berani bikin dialog dan argumentasi. Inilah proses thesis-antithesis-synthesis dalam sejarah perkembangan manusia dan perkembangan pikiran manusia.

    Sekiranya Putin hidup 350 th lalu dia akan bikin seperti Cromwell. Sekarang dia hidup didunia yang sudah berubah, dunia abad 21. Dia sedang dalam fase antithesis, ikut Cromwell atau ikut perubahan perkembangan dunia abad 21 dalam penyelesaian soal-soal kemanusiaan, yang dalam tingkat sekarang pada dasarnya adalah soal KEADILAN.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.