Kolom Andi Safiah: LEBIH DOYAN IMAN DARIPADA ILMU

Salah satu point crucial dari pembukaan UUD 45 adalah negara punya tugas utama dalam “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Namun, jika mencerdaskan diartikan bahwa bangsa Indonesia wajib beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, maka di sanalah kita justru membuat bangsa ini jatuh pada lubang idiot.

Tidak salah seorang guru Filsafat terkemuka UI macam Rocky Garung sakit perut ketika mendengar ada seorang doktor yang lolos dengan nilai bagus di UGM, padahal disertasinya berbicara soal Atheisme hanya bisa dicegah dengan penataran P4.







Padahal menurut RG, Pancasila justru tidak melarang Atheisme. Argumen yang diajukan oleh RG adalah argumen Humanisme sila ke dua, bahwa Kemanusiaan harus adil dan beradab serta setiap manusia punya kebebasan untuk memilih apapun yang hendak dia yakini atau percaya dalam hidupnya. Tidak pula perlu ijin dari sorga untuk semua itu.

Secara pribadi, saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh RG. Apalagi Indonesia mengklaim dirinya sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara. Tentu saja, dalam demokrasi ada yang namanya HAM, dan HAM menjadi fondasi utama dalam sistem demokrasi.

Nah untuk memenuhi tuntutan atau amanat UUD 45, maka bangsa ini harus segera berpikir ulang. Apakah lewat pendekatan iman akan lahir manusia-manusia penemu yang rasional, ataukah justru melahirkan para pembual yang beredar bebas di mana-mana?

Bahkan universitas lebih doyan bicara iman dari pada ilmu, sehingga tidak heran jika cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa hingga saat ini hanyalah mimpi di siang bolong.

Mereka yang beriman disanjung, dikasih panggung bebas, sementara mereka yang berilmu justru dinistakan lewat ayat-ayat Tuhan. Bagi saya, bangsa ini memang sedang sakit mental serius akibat kebanyakan makan formalin agama. Kita lupa bahwa pertarungan bangsa-bangsa saat ini ada di wilayah science dan teknologi. Siapa yang menguasai science dan teknologi maka dia yang akan menjadi pemain ekonomi politik utama.

Jadi, wahai pemerintahan yang dipilih secara demokratis (katanya); ada baiknya memikirkan kembali masa depan bangsa ini. Generasimu sudah keracunan dogma yang akhirnya buta oleh realitas. Sebagai presiden anda pernah protest besar atas ketertinggalan bangsa ini. Tapi anda tidak punya cukup nyali untuk menyampaikan bahwa ketertinggalan kita dengan bangsa-bangsa lain karena satu alasan fundamental, agama yang menjadi pijakan bukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

#Itusaja!








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.