Kolom Arif A. Aji: INDONESIA, BABAD TANAH JAWA DAN KUTUKAN KEKUASAAN DI DALAMNYA

Negara ini (Indonesia) terbentuk dari kisah panjang perkembangan peradaban di Bumi Nusantara. Semua itu tak lepas dari kisah negeri dimana pusat pemerintahan selama ini berada di Tanah Jawa. Perjalanan sejarah Tanah Jawa berawal dari sistem kerajaan yang bertebaran di sana.

Memang, kalau berkiblat dari kerajaan besar yang jadi tonggak lahirnya Nusantara, yaitu Sumpah Pallapa Gajah Mada, Majapahit lah kiblatnya.

Mau jujur apa tidak, bila sesungguhnya sistem sosial atau negara tak pernah lepas dari warna yang tak pernah berubah, dari mula pertama adanya pemerintahan di jawa hingga saat ini. Warnanya tipu muslihat, pengkhianatan, bahkan pertempuran dalam berebut kekuasaan.

Katakanlah Ken Arok yang jadi cikal bakal adanya Babad Tanah Jawa, dengan tipu muslihat dan kelicikan, dia membunuh tuannya sendiri Tunggul Ametung hanya untuk bisa merebut Ken Dedes istri tuannya sendiri. Dari Ken Dedes inilah yang menjadi Ibu dari para Raja Tanah Jawa nantinya.

Ken Arokpun menggantikan jabatan suami Ken Dedes setelah menikahi dia dan Kerajaan Singasari pun berdiri. Selanjutnya dia juga dibunuh oleh anak tirinya sendiri, yang kemudian menggantikannya sebagai Raja.

Selanjutnya pembunuhan demi pembunuhan, pengkhianatan demi pengkhianatan terus terjadi dalam elit kekuasaan Tanah Jawa. Hingga jatuhnya kerajaan satu dan dilanjutkan dengan kerajaan baru dengan dipenuhi darah dan peperangan. Bahkan hingga warna baru kerajaan Islam masuk ke negeri ini, masih dengan metode yang sama. Walaupun semua itu masih dalam kisaran keluarga dalam elit itu sendiri.

Apalagi ketika negara Barat datang, para raja berebut untuk menikmati kemewahan hidup mereka sendiri dengan menjual nasib rakyat sendiri. Akhirnya negara Indonesia terbentuk dari perjuangan rakyat semesta negeri ini. Dari kerakusan elit penguasa yaitu raja yang selama ini menumbalkan hidup dan nasib rakyat negeri ini. Saat itulah berakhir sistem kerajaan yang tak pernah berpihak pada hidup rakyat negeri ini.

Ketika sistem berubah, apakah jadi jaminan perubahan mental dan moral elit negara berubah? Nyatanya tak pernah berubah. Mungkin sudah jadi warna dari para penguasa negara bila masih berpusat di Tanah Jawa. Atau katakanlah ini kutukan masa lalu yang tak pernah terselesaikan bila Indonesia masih berpusat di Tanah Jawa ini.

Negara ini harus tetap seperti masa lalu, hanya dipenuhi intrik politik kekuasaan yaitu tipu muslihat, pengkhianatan, dan korupsi. Nilai etika dan moralitas yang jadi dasar pola hidup Orang Jawa, hanya dijadikan lagu nina bobok buat rakyat kecil. Kepolosan rakyat dimanfaatkan untuk kepentingan ambisi kekuasaan para elit petinggi negeri. Dari zaman Singasari berdiri hingga saat ini masih sama tak berubah sama sekali.

Mungkin sudah saatnya Indonesia harus memulai dengan sejarah baru. Dan dengan lahir kembali, dengan nilai sejarah dan filosofi yang baru. Keluar dari zona kisaran rantai kultur pemerintahan Tanah Jawa.

Terlepas dari yang setuju atau tidak tentang pembangunan ibukota baru atau IKN, menurutku ada baiknya bila melihat fakta sejarah ini, Jawa sentris memang harus diakhiri. Lepaskan Indonesia dari nilai historis Tanah Jawa yang penuh dengan intrik elit, tapi mempertaruhkan hidup dan nasib rakyat dari masa ke masa.

Maaf aku bisa katakan ini walaupun aku ini asli Orang Jawa, “Tanah Jawa dan nilai historisnya sudah semakin jadi kutukan untuk Indonesia, dan sudah saatnya berevolusi.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.