Kolom Arif A. Aji: LONTE DAN REVOLUSI KEMERDEKAAN

Kita sekarang ini sudah merdeka. Kemerdekaan ini bukan hanya sekedar hadiah. Tapi sebuah mandat yang diamanatkan dari perjuangan para pahlawan yang berperang dan berjuang untuk mendapatkannya.

Di Bumi Pertiwi ini sesungguhnya masih berwarna merah oleh darah para pahlawan.

Sering kita lupakan dan bahkan tidak jarang malah mendustakan semua itu hanya oleh dalih kebenaran bahkan agama yang diyakini. Ada para pejuang yang datang dari dunia gelap, yang kita sering diskreditkan bahkan ada yang tega mendiskriminasi keberadaan mereka.

Yaitu Penjaja Sex Komersial (PSK) yang dulunya dikenal lonte atau pelacur.

Saat masih dalam pergulatan perjuangan kemerdekaan, para PSK mengambil tempat dalam perjuangan ini. PSK adalah mata-mata para pejuang dalam menjaring informasi dari para penjajah yang membeli pelayanannya.

Bung Karno yang melakukan pendekatan dengan mereka, dan membakar semangat mereka untuk ikut ambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan.

Saat perjuangan kemerdekaan, para PSK yang menjadi mata-mata paling strategis atau spionase untuk para pejuang. PSK dan lokalisasi pada saat itu bisa dikatakan memiliki peranan penting dalam perjuangan.

Lokalisasi dijadikan penyimpanan senjata para pejuang, atau dijadikan tempat bisnis senjata untuk persenjataan para pejuang. Ketika para pejuang bahkan Bung Karno sekalipun, dikejar-kejar oleh tentara penjajah, para PSK di lokalisasi yang menampung dan memberikan tempat persembunyian.

PSK saat itu juga mempunyai semangat patriotik demi kemerdekaan bangsa dan negara, dan bahkan mereka berani mempertaruhkan nyawa mereka. Jadi, bila ada yang belum tahu siapa mata-mata saat perjuangan kemerdekaan….

Para PSK adalah salah satunya.

Lokalisasi saat itu adalah salah satu tempat yang strategis dalam perjuangan. Bahkan lokalisasi juga turut menyumbang dana untuk pembiayaan dalam perjuangan.

Lalu kenapa peran para PSK dan lokalisasi tidak pernah muncul ke permukaan? Sudah pasti karena kutukan identitas yang mereka sandang sebagai sampah kehidupan. Setidaknya seperti itu dalam pandangan banyak orang.

Yaitu orang orang yang sok merasa paling benar, paling beradab, bahkan merasa paling suci. Namun, mereka menutup mata dan melupakan sejarah, atau bahkan menutupinya. Sehingga malah menunjukkan kepicikan diri dan lupa berterimakasih.

Apakah negara saat ini berpihak pada nasib para PSK, yang dulu memiliki peran penting dalam merebut kemerdekaan? Realitanya tidak. Dan negara ini masih dan selalu dikendalikan oleh golongan tertentu, yang selalu menghakimi keberadaan mereka.

Yang seharusnya sebagai bangsa yang besar dan berbudi, sejarah perjuangan mereka janganlah ditutupi. Atau bangsa besar ini layak dilebeli bangsa yang tak tahu diri dan tak tahu berterimakasih?

Kita harus selalu ingat, bahwa kemerdekaan ini bukan hanya sekedar hadiah perjuangan para pahlawan, yang tak terkecuali para PSK dan lokalisasi saat itu, tapi kemerdekaan ini adalah mandat yang diamanatkan mereka pada kita semua untuk terus menjaga dan merawat kemerdekaan ini, supaya tak dikuasai bangsa asing lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.