Kolom Boen Syafi’i: HAI KAPIR ATEIS AGNOSTIK, DIAM LAH!

Ada yang berharap para ateis agnostik diam-diam saja dan tidak nyinyir jika sudah resign dari agama. Tujuannya agar tercipta kerukunan antar sesama manusia. Tentu baik dong harapan ini. Siapa sih manusia yang tidak menginginkan kedamaian di dalam hidupnya? Tapi ….

Apakah kenyataan di dalam kehidupan sama seperti yang diharapkan? Jawabnya tidak jauh api dari panggang.

Nyatanya kasus intoleransi makin menjadi-jadi. Nyatanya Budaya Nusantara yang harusnya dilindungi secara yuridis, malah diabaikan. Justru yang dilindungi adalah budaya gurun karena dianggap sebagian besar rakyat di sini adalah manifestasi dari Tuhan. Nyatanya, perilaku konyol dari umat teis, makin melestarikan kebodohan, mencabut jati diri bangsa dan membuat hancur nama Indonesia di mata dunia.

Apakah harus diam melihat kekonyolan demi kekonyolan tersebut, hanya agar supaya disebut sebagai orang bijaksana?

Mana yang lebih baik, ketika rumah sudah terbakar habis kita baru teriak-teriak? Atau saat belum terbakar, kita sudah teriak mengingatkan kalau rumah kita berpotensi besar terbakar, karena ada bensin di dekat kompor yang menyala?

Diam itu emas, tapi diam ketika rumah terancam akan terbakar adalah kepekok’an yang nyata.

Apakah program deradikalisasi membuahkan hasil? Apakah ormas-ormas yang katanya moderat itu sukses membuat umatnya tidak keracunan doktrin agama?

Tidak. Justru yang ada intoleransi makin menjadi-jadi. Baik itu dari golongan ekstrimis kanan, maupun mereka yang menyebut dirinya sebagai moderat sejati. Sekuat-kuatnya progam deradikalisasi, pasti masih kalah dengan doktrin kebencian dari suatu agama. Itu pasti.

Masih berharap para ateis agnostik diam-diam saja? Tidak. Selama orang-orang beragama (khususnya agama gurun) ingin menguasai negeri ini dengan doktrin agamanya. Maka selama itu pula, nyinyiran dan kritikan akan terus ada.

Apa hebatnya kerukunan, tapi di dalamnya penuh dengan kemunafikan?

Bencilah kami, tapi jika anak kecilmu dipaksa kawin dengan laki-laki tua. Jika perempuan tak boleh berekspresi, sekolah dan bekerja. Jika anak perempuanmu terpaksa rela dipoligami suaminya, seperti yang terjadi di Afghanistan hari ini. Sungguh penyesalanmu tiada guna.

Diam itu emas, maka jika istrimu ingin membeli perhiasan, diamlah ….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.