Kolom Darwono Tuan Guru: UPGRADING KOMPETENSI GURU

Darwono Tuan GuruBagi penulis, UKG 2015 jika diumpamakan dalam proses pembelajaran, adalah sebagai pretest; test pendahuluan, bukan sebagai post test yang digunakan untuk mengambil keputusan lulus tidaknya peserta test. UKG dibutuhkan untuk mengetahui gambaran kompetensi guru tertentu (keilmuan dan pedagogik) dalam konteks mapping yang digunakan untuk menentukan “remediasi’, perbaikan kompetensi guru itu sendiri.

Di akhir bulan November 2015, penulis menjadi pembicara pada seminar Peningkatan Kualitas dan Peran Guru yang diselenggarakan oleh sebuah NGO. Di seminar itu, penulis sampaikan bahwa guru, sebagai pribadi dewasa, tentu sangat menyadari dan memahami kebutuhan yang diperlukan dalam menjalankan tugasnya. Guru tidak tepat diperlakukan sebagaimana konsep  “tabula rasa”  dalam berbagai aspek kompetensinya. Oleh karena itu, mengubah paradigma pengembangan program-program pengembangan guru dengan pendekatan Andragogy, pendidikan untuk orang dewasa harus dilakukan.

Jangan pernah berparadigma bahwa guru tidak tahu apa-apa seperti kertas kosong, seperti gelas kosong yang bisa diisi semaunya.

UKG 3Kesadaran akan kebutuhan untuk melaksanakan tanggungjawab guru bisa dicerminkan saat guru-guru Biologi se Jakarta Timur berkumpul dalam rangka memberikan masukan pengembangan modul pelatihan peningkatan kompetensi guru, terungkap bahwa guru menyadari perlunya upgrading, penguasaan keilmuan biologi. Pada kesempatan tersebut guru-guru Jakarta Timur merumuskan bebarapa kontens yang sangat perlu diupgrade seperti  Biomolekuller, Bioteknologi, Genetika, Fisisologi tumbuhan dan hewan, yang memang kontens itu membutuhkan dasar Ilmu Kimia untuk dapat memahami berbagai reaksi Biokimia yang terjadi.

Sebagai misal, untuk materi substansi genetika, seorang yang memahami konsep kimia akan dengan mudah memahami perbedaan struktur  RNA dan DNA jika dilihat dari gula ribosanya. Seorang yang memahami konsep kimia, tentu dengan mudah dapat memahami  perbedaan Deoksiribosa (DNA) dengan Ribosa (RNA) dimana pada DNA ada “kekurangan Oksigen” dalam strukturnya. Demikian juga kaitan ikatan basa-basa Nitrogennya antara Adenin – Timin dan Switosin Guanin (pada DNA) dan Adenin – Urasil dan Guanin – Sitosin pada RNA.




Ketika ditanya berapa Ikatan Hidrogennya dalam serangkaian rantai DNA maka hanya dapat dipahami jika guru tersebut memahami konsep ikatan kimia yang, dalam hal ini, adalah konsep Ikatan Hidrogen. Konsep Ikatan Kimia juga harus dimiliki oleh guru untuk memahami “pemanenan” energi, yang terkait dengan pelepasan dan penangkapan energi sebuah mekanisme Fisiologis.

Contoh lain yang sangat sering penulis amati, ada konsep “yang terlewat” yang sering dilakukan oleh guru atau juga “widyaswara”. Biologi adalah pemahaman konsep Redoks (Reaksi Reduksi Oksidasi) yang tejadi pada uji karbohidrat (baik dengan fehling maupun bededick). “Istilah bukti positif” dari adanya gula (biasa digunakan untuk uji bahan makanan sistema pencernaan dan uji urine pada sistem eksresi), sering “tidak membumi’ ketika kita tidak menyinggung terjadinya reduksi ion tembaga bermuatan 2 positif, yang berwarna biru (pada Fehling A dan Benedict) menjadi Ion Tembaga bermuatan positif satu yang berwarna merah tembaga dalam bentuk endapan tembaga (I) oksida. Sementara itu pada glukosa sendiri, yang berperan mereduksi Ion Tembaga adalah gugus fungsional Aldehida (Alkanal).




Memahami konsep Kimia pada materi Biomolekuler sangat penting sehingga kita bisa memahami mengapa ada perbedaan antara bahan yang mengandung Glukosa (aldo heksosa) dengan yang mengandung gula Fruktosa, dll. Hal ini akan menunjang pemahaman pada uji urine juga sehingga kita dapat memahami urine seseorang mengandung Glukosa apa tidak (positif glukosuria). Tragisnya, “keterputusan” konsep itu terdapat di buku-buku maupun LKS-LKS yang dipegang oleh guru dan siswa.

Pemahaman konsep Kimia (polimerisasi) juga sangat dibutuhkan dalam memahami sintesis Protein, yang biasanya harus “dikompas” penjelasannya dengan istilah transkripsi dan translasi belaka. Bagaimana manomer-manomer Protein inti (Asam Amino) itu saling berikatan dan karakteristik ikatan antar Asam Amino itu menjadi “blank bagi guru”. Padahal, dalam era Bioteknologi yang sangat membutuhkan kemampuan Bioproses, “know how” dari prposes-proses Fisiologis, Bioteknologi, maupun Biomolekuler sangat dibutuhkan.

Penulis sangat apresiatif, ternyata memang sesungguhnya guru-guru Biologi sangat memahami kebutuhannya untuk mengatasi kekurangannya dalam menjalankan tanggungjawabnya. Bahkan pada pertemuan itu, guru-guru juga merasa sangat memerlukan pengembangan dalam kompetensi lain seperti kompetensi sosial, kepribadian, spiritual plus berbagai perkembangan keilmuan yang terbaru.

Penulis sangat yakin, guru-guru bidang studi  lain juga memiliki  semangat terus memperbaiki  kekurangannya untuk menjalankan tugas dan kewajibannya. Tinggal bagaimana pemerintah dapat memanage berbagai Upgrading Kompetensi Guru dengan baik, yang difollow up dengan baik termasuk evaluasi dan monitoring pasca pelaksanaan program.  Semoga dapat dipenuhi oleh pemerintah.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.