Kolom Edi Sembiring: HABIS GEMOY MUNCULLAH PEMBERANG

Beberapa hari kemudian, di hadapan pengusungnya ia mengucapkan kata “goblok” dan “tolol” untuk menuding seseorang.

Entah siapa yang dimaksud. Pastinya pada orang yang membuat emosinya meledak-ledak ketika luas tanah yang dikelolanya diungkit-ungkit.

Dari Pilpres 2014, Pilpres 2019 hingga Pilpres 2024, emosi meledak-ledak PS tetap sama. Kita juga tahu, bagaimana sikap PS yang sujud syukur sebelum KPU menghitung tuntas hasil perolehan suara Pilpres. Jalanan di Jakarta sempat sepi saat demo-demo terjadi mengugat hasil Pilpres yang diumumkan KPU. Dan, PS akhirnya kalah.

Dulu kita sepakat, agar PS tak perlu tahu jadwal Pilpres 2024. Agar ia tak ikut. Guyonan yang lahir akibat kita trauma melihat ia muncul di tiap-tiap Pilpres. Dan selalu melihat sikap emosinya di panggung-pangung kampanye.

Apa kesamaan Jkw di 2014 dengan ARB di 2024? Keduanya bisa jadi Gubernur Jakarta dirasa karena andil PS. Namun akhirnya justru menjadi lawan di Debat Pilpres.

Hashim menyinggung andil sang Ketum, PS, dalam mengusung Jkw di Pilgub Jakarta 2012. Ia mengatakan PS sempat meyakinkan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk mengusung Jkw maju Pilgub.

Saat Debat Capres Pilpres 2024 (12 Desember 2023), PS sempat mengungkit bahwa dia mengusung ARB menjadi gubernur di Pilkada DKI Jakarta pada 2017. Dan saat kampanye di Jambi [Selasa 9/1], PS menyinggung ada orang yang diberi kebaikan tetapi dibalas dengan kedengkian.

“Saya kadang-kadang mengelus dada, saya ini suka melihara hewan, hewan saja kalau kita kasih makan, setia sama kita, yang saya heran ada manusia Indonesia, kita memberi kebaikan tapi dibalas dengan kedengkian,” jelas PS.

“Tapi kita akui nenek moyang kita sudah mengajarkan hati-hati, air susu dibalas dengan diri tuba,” ucap PS lagi.

Jkw dan ARB adalah lawan PS di Pilpres. Dan sebagai “Big Boss” yang pernah merasa menaikkan posisi mereka berdua, tentu PS tak terima bila diserang dalam debat.

Dalam sambutannya di acara Indonesia Rising Katadata di Jakarta (20 Juli 2023), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta generasi muda untuk membaca data, dalami calon pemimpin bangsa kelak. Ia mengatakan perjalanan bangsa sudah panjang, mestinya rakyat tahu mana tujuan yang baik dan tidak.

“Orang yang enggak bisa baca data, mudah sekali diprovokasi, dikasih sedikit dikilik-kilik, emosi,” kata Sri Mulyani.

“Baca data, baca statement, lihat dan pilih pas mana Indonesia mau ke depan karena kita belajar cukup banyak dan sudah cukup panjang perjalanan kita untuk we can make decision what is actually a good way to go, and which is the wrong way to go,” ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani ingin masyarakat Indonesia menjadi seseorang yang tak mudah kaget. Ia ingin semua pihak mengawal siapa pemimpin yang dipilih sejak awal.

Saya tak kaget sikap emosional PS di Pilpres 2024 ini walaupun PS selalu mengatakan dia telah berubah semenjak kalah dua kali Pilpres. Karena PS merasa berhadapan dengan orang yang bukan apa-apa sebelumnya, semua karena jasanya.

ARB hanya dikenal sebagai “mentri pecatan” bila tak jadi Gubernur DKI Jakarta. Jkw hanya dikenang sebagai Walikota di kota yang kecil.

Tak ada makan siang gratis, begitulah kira-kira yang diyakini dalam politik. Hingga PS merasa kebaikannya telah dibalas dengan “kedengkian,” meminjam kalimat dalam kampanyenya kemarin di Jambi.

Bila kini PS selalu memuji Jkw, anda pasti paham itu pula yang diinginkan PS untuk dilakukan ARB. “Big Boss” ingin dipuji ARB, bukan malah diserang. Apalagi disuruh membaca data.

Seperti kata Sri Mulyani, yang mau membaca data, rasionalitasnya menjadi terlatih. Emosinya menjadi bisa dikelola.

Panggung Gemoy sudah berakhir. Emosi yang meledak-ledak itu kembali telanjang. Menakutkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.