Kolom Edi Sembiring: SUKARNO YANG OPTIMIS — Prabowo Yang Pesimis

Sukarno optimis Indonesia akan jadi negara hebat. Brilian. Cemerlang. Ucapan ini ia katakan saat seorang wartawan Perancis dari Radio Television Suisse bertanya, bagaimana Sukarno melihat masa depan Indonesia.

Wawancara itu dilakukan tahun 1966.

Goncangan politik sangat besar saat itu, namun Sukarno tetap optimis akan masa depan Indonesia karena: Indonesia sangat kaya sumber alamnya, berada di wilayah yang strategis, ekonomi yang strategik, militer yang hebat, penduduk yang banyak dan ….

“Rakyatku pekerja keras. Rakyatku militan. Rakyatku yang sangat dinamis. Rakyatku yang bersatu,” ucap Sukarno dengan bangga.

Bandingkan dengan ucapan Prabowo yang mengatakan Indonesia akan bubar di tahun 2030. Prabowo mengatakannya dalam acara konferensi dan temu kader nasional Partai Gerindra di Bogor, Jawa Barat, Oktober tahun 2017. Lalu video ini diunggah di medsos tanggal 18 Maret 2018 di akun FB partainya.

“Tetapi di negara lain, mereka sudah bikin kajian-kajian di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030. Bung, mereka ramalkan kita ini bubar!” kata Prabowo.

Ucapan Prabowo itu menjadi amunisi politiknya saat Pilpres 2019. Seakan Indonesia akan bubar bila kebijakan Indonesia tak berubah. Dan bisa ditafsir pemujanya, Indonesia bisa bubar bila tak dipimpinnya.

Akhirnya kita tahu dari Mahfud MD bahwa ucapan Prabowo itu tidak benar. Itu bukan hasil kajian ilmiah. Itu dikutip dari novel. Hayalan belaka.

Mahfud menjelaskannya saat acara dialog kebangsaan bersama pelajar dan mahasiswa Indonesia se-Malaysia di Kuala Lumpur [Jumat 8/12].

“Pak Prabowo yang dia baca sebuah buku karya PW Singer (dan August Cole). Judulnya Ghost Fleet. Barisan Hantu. Nah, di situ disebut dalam satu paragraf. Pada tahun 2030 ketika dunia sudah dikuasai oleh artificial intelligence (AI). Dan Indonesia sudah tidak ada di dunia. Maka bentuk-bentuk peperangan akan terjadi seperti ini,” jelas Mahfud.

“Itu ternyata novel intelijen, bukan karya ilmiah. Itu novel. PW Singer itu adalah seorang wartawan penulis perang. Kisah-kisah perang. Lalu dia memproyeksi itu, oleh Pak Prabowo dikemukakan,” lanjutnya.

Lihat video ke dua di bawah, bagaimana sejak Pilpres 2014, Prabowo meniru cara berpakaian Sukarno. Meniru cara berpidato Sukarno. Tetapi ucapan yang keluar hanya menebar rasa pesimis. Menebar ketakutan demi mencari simpatik.

Tempus fugit, amor manet (waktu berlari/terbang, cinta tetap tinggal). Tidak semuanya lenyap dalam waktu yang berlalu. Ingatan kita pada cita-cita besar Bung Karno tetap ada, ada dan terus ada. Mewujudkan masyarakat Sosialis Religius

Melanjutkan Bung Karno. Melanjutkan Bung Hatta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.