Kolom Ganggas Yusmoro: JANGAN MACAM-MACAM (Ini Dia Strategi Jokowi di Tahun Politik)

Sepertinya Pak Jokowi sudah punya insting, sudah punya firasat atau barangkali sudah mengkalkulasi bahwa tahun politik kali ini yang dihadapi adalah manusia seperti serigala lapar; manusia-manusia yang akan menghalalkan segala cara dengan tidak memikirkan resiko keutuhan Bangsa dan Negara. Akan panas membara.

Meski beliau sudah menggandeng para Kyai dan Ulama NU, meski beliau juga beberapa kali menjelaskan soal kebangsaan pada rektor yang notabene mewakili kaum intelektual, meski beliau selalu blusukan ke daerah-daerah yang tidak memilih beliau, beliau merasa semua belum cukup untuk menetralisir akan adanya huru hara politik menjelang Pilpres.







Sekarang semua terkuak. Sekarang akhirnya agak terang benderang ketika Muldoko dan Agum Gumelar ditarik ke istana.

Tidak dipungkiri, kadangkala intuisi itu juga penting dalam segala hal. Meski tragedi terorisme siapapun tidak menghendaki, seperti halnya Inggris dengan agen rahasia yang super canggih, Perancis, dan yang terakhir Rusia, negara-negara yang bertekhnologi tinggi soal deteksi dini terorisme, akhirnya juga kebobolan. Apalagi Indonesia? Apa mengandalkan mbah Ddkun? Ya, malah gak karu-karuan.

Pak Jokowi butuh orang-orang yang loyal, berdedikasi, berintegritas serta mempunyai kharisma. Pak Muldoko serta Pak Agum adalah jenderal-jenderal yang tidak oportunis. Beliau berdua mempunyai track record seorang nasionalis sejati, yang mengabdi pada bangsa dan negara.




Pasca tragedi teror yang luar biasa biadab, ditambah gorengan isu dan didramatisir oleh oposisi, coba situasi sekarang ini tidak ada Pak Muldoko dan Pak Agum? Niscaya PK, Gerinda atau bahkan politikus sontoloyo akan memperkeruh situasi.

Ini bisa jadi pemanasan. Rasanya entah ada apalagi ketika sudah on air di tahun politik.

Pemilu adalah pesta demokrasi. Indonesia musti kondusif. Negara harus aman dan terkendali. Siapapun yang akan menimbulkan kekacauan, itu adalah termasuk teror. Harus digebuk dan dilumpuhkan.

Sinergi putra-putri terbaik bangsa, Pak Jokowi, Pak Tito, Panglima TNI, Pak Muldoko dan Pak Agum, ditambah Pak Luhut serta Pak Wiranto yang sejak awal mengawal pemerintah, tentu sinergi tersebut tidak diragukan lagi. Apalagi setelah Pasukan Elite TNI bergabung dengan Densus 88, tentu radikalisme yang berorientasi terorisme akan dilumat dan dikunyah-kunyah.

Jangan macam-macam!!!



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.