Kolom Juara R. Ginting: DAGANG BAHAN RAMUAN OBAT KARO

Memang luar biasa kedekatan Suku Karo dengan pengobatan tradisional, termasuk dengan banyaknya produksi ramuan obat-obatan tradisional. Mulai dari jenis minyak urut, jamu, serbuk tumbuhan, dan banyak lainnya.

Foto cover adalah sosok seorang ibu yang menjual bahan ramuan obat di Pasar Pancurbatu (Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deliserdang) (Karo Hilir).

Ibu ini menjualkan dedaunan, kulit kayu, akar-akaran, dan berbagai bagian tumbuhan hutan lainnya yang dia petik sendiri dari hutan. Lalu, pada Hari Pekan (Sabtu), dia menjualkannya ke Pekan Pancurbatu.

Adapun foto yang satu lagi adalah kios rempah di Pasar Kaban Jahe (Kecamatan Kaban Jahe, Kabupaten Karo) (Karo Hulu). Kios ini menjual berbagai jenis rempah kebutuhan dapur dan juga berbagai bahan ramuan obatan. Ini sejenis apotik tradisional.

Seorang penyembuh bisa saja memberi catatan apa saja dibutuhkan untuk meramu sebuah obat. Pasien atau keluarga pasien membeli bahan-bahannya ke kios rempah ini.

Apotik tradisional seperti ini bisa kita temukan juga di Pasar Berastagi, Pasar Delitua, Pasar Pancurbatu, dan Pasar Sibolangit.

Saya masih ingat, sewaktu masih kanak-kanak, ada sebuah warung di dekat Sumber Nongko (Padang Bulan, Medan) yang menjual kebutuhan ritual-ritual Karo seperti berbagai jenis jeruk untukj bahan ritual keramas (erpangir), bahan mengunyah sirih, dan bahan-bahan ramuan obat.

Pemilik warung itu adalah Nini Ambil. Saya pernah disuruh orangtua ke sana membeli belerang untuk mengobati kaki saya yang korengan. Ayah memasak belerang itu dan menyapukannya ke kaki saya dengan bulu ayam. Dalam satu hari korengan saya kering dan kemudian sembuh.

Belakangan saya sadar kalau sulfanilamit yang dijual di kede-kede maupun apotik bahan dasarnya adalah belerang itu, sulfur (sulfa).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.