Kolom Juara R. Ginting: IKUTI PRILAKU PERTANIAN PAHAMI GEJOLAK PASAR — Gibran Tidak Mau Tahu Realitas Rakyat

Harga cabe kemarin secara umum tidak banyak berbeda dengan harganya Akhir Tahun lalu.

Saya mulai terkejut ketika menerima harga-harga tomat, arcis, wortel, kentang, dan kol. Harganya melambung tinggi sekali. Harga tomat ukuran super, misalnya, mencapai Rp. 16 ribu/ kg. Sepanjang tahun lalu, tidak pernah harga tomat ukuran super setinggi itu.

Dua tahun lalu memang harga tomat super di Medan pernah mencapai Rp. 14 ribu/ kg ketika Pulau Jawa mengalami banjir di mana-mana akibat curah hujan yang teramat tinggi. Oleh karena itu, meningkat pula pengiriman hasil panen tomat dari Medan ke Pulau Jawa sehingga terjadi peningkatan harga di Medan.

Sebagaimana biasanya, saya langsung bertanya kepada Elisabeth Barus apa penyebab melambungnya banyak jenis sayur mayur di Medan.

Saat menunggu jawaban darinya, saya teringat pada penjelasan Cawapres nomor 2 (Gibran Rangkabuming Raka) mengenai naik turunnya harga sayur mayur. Dia menjelaskannya saat ditanya oleh seorang ibu rumah tangga di Pasar Rawasari, Cempaka Putih (Jakarta Pusat) sebulan lalu [Minggu 3/12].

“Harga-harga selalu naik menjelang Akhir Tahun dan akan stabil dengan sendirinya di Awal Tahun,” jawabnya dan diapun menyudahi percakapan.

Issue terbesar mengenai harga sayur mayur pada saat itu adalah melambungnya harga cabe dari semua jenis. Dari jawabannya yang singkat itu, kita dapat memperkirakan kalau Gibran tidak peka terhadap kehidupan di sekitar masyarakat.

Baginya, wajar saja kalau harga-harga bahan pokok meningkat menjelang Natal dan Tahun Baru. Harga-harga sayur mayur akan kembali normal pada Awal Tahun karena kebutuhan terhadap sayur mayur tidak lagi setinggi di Bulan Desember dimana banyak Perayaan Natal dan Menyambut Tahun Baru.

Cara berpikirnya cukup logis dan sesuai pula dengan Hukum Pasar, yaitu harga ditentukan oleh perbandingan besarnya permintaan dengan ketersediaan barang. Tapi dia lupa, banyak faktor yang mempengaruhi ketersediaan barang dan besarnya permintaan.

Dari penjelasannya itu terlihat dia berasumsi penyebab tingginya harga cabe adalah akibat meningkatnya permintaan sehubungan dengan Perayaan-perayaan Natal dan Menyambut Tahun Baru. Dia juga berasumsi kalau ketersediaan barang (cabe) adalah seperti biasanya alias grafik datar.

Padahal, yang terjadi pada saat itu adalah terkait dengan berlangsungnya kemarau panjang beberapa bulan sebelumnya di Pulau Jawa. Kemarau panjang itu menyebabkan banyaknya tanaman cabe yang gugur. Adapun tanaman cabe yang tumbuh akhirnya gagal panen.

Saat mengingat hal itu, saya menerima jawaban dari Elisabeth Barus lewat WhatsApp tentang penyebab melambungnya harga sayur mayur di Pasar Induk Lau Cih (Medan), khususnya tomat, arcis, wortel, kentang, dan kol.

“Para petani masih menikmati liburan Tahun Baru sehingga mereka tidak turun ke ladang. Akibatnya, sangat minim barang yang tersedia di Pasar Induk Lau Cih (Medan),” tulisnya.

Walaupun Elisabeth tidak menjelaskan panjang lebar, saya langsung bisa menduganya. Tidak aneh kalau komoditas yang harganya melambung itu adalah tomat, wortel, kentang, dan kol.

Keempat jenis sayuran ini biasanya ditanam di lahan yang sangat luas dan membutuhkan serombongan buruh tani untuk memanennya.

Kiranya, hingga kemarin [Kamis 4/1], masih sulit memperoleh buruh tani. Sebagian besar buruh tani di Dataran Tinggi Karo berasal dari Tanah Batak dan Pulau Nias. Mereka umumnya beragama Kristen. Tahun Baru bagi mereka adalah juga kesempatan untuk mudik.

Itulah sebagian dari prilaku pertanian. Prilaku alam seperti halnya kemarau panjang juga dapat kita masukkan ke dalam prilaku pertanian. Selanjutnya prilaku pertanian dapat pula kita lihat sebagai bagian dari prilaku pasar karena menjadi faktor penentu ketersediaan hasil-hasil pertanian di pasar.

Teori Gibran yang mengatakan harga-harga naik menjelang Akhir Tahun dan akan stabil pada Awal Tahun berangkat dari asumsi bahwa jumlah barang yang tersedia tetap sama sepanjang tahun. Hanya besarnya permintaan yang bisa naik turun.

Asumsi seperti itu memperlihatkan ketidaktertarikan untuk memperhatikan gerak kehidupan para petani dan pedagang sayur mayur. Belum lagi tuntutan seorang pemimpin itu harus bisa mencium bau keringat para petani.

One thought on “Kolom Juara R. Ginting: IKUTI PRILAKU PERTANIAN PAHAMI GEJOLAK PASAR — Gibran Tidak Mau Tahu Realitas Rakyat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.