Kolom Nisa Alwis: KEBAIKAN HATI

Sebelum era ojeg-online, sekitar 2013, salah satu ojeg pangkalan bersedia untuk langganan antar jemput sekolah anak sulung kami yang masih SD. Tiap pagi si abang datang on time. Saya pun melepas mereka berangkat, dadah-dadah menatap punggungnya hingga menghilang di tikungan.

Lalu nanti siang anakku diantarkannya lagi, safe and sound.

Si abang ojek pendiam, tidak banyak kata. Kalau ditanya jawabannya akan pendek-pendek saja. Terima kasih ya Bang, “sama”… Lalu tancap gas, job done! Tinggal nanti akhir bulan gajian. Tak seberapa, tapi sesuai kesepakatan.

Suatu hari, si Abang datang mengetuk pintu “salamualaikum Bu”. Tidak bersama anak saya karena memang belum waktunya, tetapi ia membawa sekarung rambutan. Iya, literally sekarung beneran. Saya kaget, ini apa Bang (padahal udah jelas-jelas rambutan). Si Abang menjawab singkat “untuk ibu”.

Oh, Abang panen ya. Ini saya bayar aja ya Bang, berapa?

“Jangan, untuk ibu,” ujarnya, dan langsung pergi meninggalkan saya yang berterima kasih banyak sekaligus ngga mengira.

Abangnya baik amat; orang kecil, berhati besar. Pohon rambutan miliknya jadi berkah yang membuatnya bangga bisa berbagi ke siapa saja.

Sekian lama setelah tak berlangganan ojeg lagi dan kami pindah rumah, beberapa kali kami melihat si Abang jadi Pak Ogah. Mengatur kendaraan di persimpangan. Tiap melihatnya, saya selalu ingat kebaikannya.

Namun tiap kali saya menyodorkan tip, sikapnya biasa saja. Bisa jadi ia tidak begitu mengingat saya, apalagi mengingat pemberiannya; sekarung buah rambutan segar beserta ranting, daun, dan semut-semutnya.

Sekian lama kini saya tidak pernah melihatnya lagi. Entah apakah tempat tinggalnya pindah atau sudah tutup usia, I don’t really know. What I know is; orang ini tulus dan bagi saya ia mulia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.