Kolom Soibah E. Sari: PELAKOR

Waktu masih berseragam putih abu-abu, aku kursus bahasa Inggris pada sebuah lembaga kursus yang lumayan terkenal di kota tempat tinggalku. Di tempat itulah aku berkenalan dengan seorang teman yang selanjutnya jadi sahabatku.

Sebut saja namanya Mawar.

Hubungan kami langsung akrab karena kami sama-sama suka humor dan cerita kami juga nyambung. Padahal beda sekolah dan kelas. Mawar kakak kelasku, tapi tidak mengurangi keakraban kami.

Suatu hari Mawar mengajak aku mengantar pacarnya yang mau kuliah di kota lain. Berhubung karena libur, pacarnya pulang kampung.

Sebelumnya aku belum mengenal pacarnya tersebut. Baru hari itulah kami dikenalkan oleh Mawar. Ketika bersalaman, pacarnya Mawar ini menjabat erat tanganku. Sampai aku tarik bolak balik tidak dilepaskannya.

Dengan kesal aku injak kakinya. Biar dia melepaskan tanganku. Tentu saja perbuatannya itu bikin aku gak enak. Khawatir Mawar cemburu. Beruntung saat itu Mawar lagi ngobrol dengan teman pacarnya. Jadi tidak melihat perbuatan pacarnya itu.

Kirain sesudah tanganku dilepaskannya, keisengannya berakhir di situ. Taunya tidak. Selanjutnya tangan jahilnya mencabut rambutku dua helai. Tentu saja aku melotot pada cowok temanku ini.

Tapi ekspresi itu orang cuek aja sambil meleletkan lidah padaku. Kesel banget rasanya. Aku juga heran, kok ada orang baru kenal udah songong gitu ke aku.

Bahkan ketika mau naik travel yang akan membawa mereka ke kota tempatnya kuliah, bukannya pamit pada Mawar, cowoknya itu malah menarik tanganku untuk ikut masuk ke dalam mobil. Sambil nyeletuk”Kirain ini tadi tasku.” kan ngeselin. Aku dianggap tas gitu.

Tiga hari sesudah kejadian itu, pada suatu malam ada telepon masuk yang mencariku. Saat itu masih pakai telepon rumah. Yang mengangkat adik sepupuku.

Aku jawab telepon itu dengan bertanya-tanya. Karena adik sepupuku cuma bilang ada telepon cowok dari kota P**ang. Aku sedikit bingung, karena rasanya aku gak pernah kasih nomor telepon pada seseorang yang tinggal di kota tersebut.

Sesudah kuangkat, aku langsung kaget, karena suaranya kayak aku kenal. Cara ngomongnya di telepon itupun langsung ngisengin aku. Ternyata itu adalah cowoknya Mawar.

Tentu saja aku gak menyangka. Darimana pula itu orang punya nomor telepon rumahku. Setelah ngobrol ngalor ngidul, di situlah aku tau kalo nomor telepon itu dia dapat dari tetanggaku yang sama-sama kuliah di kampusnya.

Tetanggaku ini punya adik yang berteman dengan sepupuku. Pantesan dalam hatiku. Tapi tetap saja aku bingung, ini cowok kok malah agresif ke aku.

Begitulah hampir tiap malam, cowok tersebut menghubungiku lewat telepon. Dari situ pula aku tau bahwa sebenarnya cowok ini tidak ada rasa pada Mawar. Melainkan Mawarlah yang selalu mengejar-ngejarnya.

Mereka udah pernah membicarakannya. Tetapi Mawar meminta kesempatan, siapa tau suatu hari cowok tersebut bisa jatuh cinta padanya.

Aku jadi mikir saat itu, apakah cowok tersebut mendekatiku agar Mawar cemburu sehingga Mawar pergi menjauh? Mengingat hal tersebut aku jadi was-was sehingga memilih bersikap cuek ketika cowok itu menghubungi pada hari-hari berikutnya. Bahkan aku sering kasih alasan dan menyuruh orang di rumah untuk bilang aku gak ada.

Hingga pada suatu malam, aku lagi menyiram bunga di teras, ada mobil carry kuning berhenti tepat di depan rumah. Aku melongok dari pagar.

Maka dari dalam mobil keluar sosok cowok yang aku kenal sebagai pacarnya Mawar. Menenteng bungkusan dan kantong kresek sambil mesem-mesem. Aku jadi bingung bercampur kaget dong. Tapi tetap aku persilahkan masuk.

Bungkusan yang dibawanya langsung dikasihkan aku. Dalam kantong kresek ada banyak oleh-oleh khas dari kota tempatnya kuliah. Sedangkan bungkusan yang satu lagi aku diminta cowok itu untuk membukanya di dalam sekalian suruh cobain muat atau nggak.

Aihhh, ini cowok manipulatif banget, pikirku. Meskipun demikian aku menuruti saja keinginannya itu.

Ternyata isi bungkusannya adalah sebuah rok pantai yang bergambar bunga matahari besar. Sekalian ada sendal/terompah kayu berhias bunga matahari juga.

Kerajinan khas dari kota tempat cowok itu kuliah. Perasaanku bercampur aduk. Tetapi tetap aku kenakan itu rok dan terompah nya. Sembari aku menghampiri cowok tadi ke teras.

“Cantik! Pas banget. Besok hari minggu aku mau mengajak kamu ke acara pembentukan pengurus club motor kami yang baru. Acaranya di Sib**ga. Aku jemput nanti.” cowok itu memutuskan sendiri. Acara tersebut memang diadakan di pantai dan DCnya yang kostum pantai.

Tapi tetap saja aku agak kesal melihat tingkah cowok kepedean tersebut. Cuma aku gak bisa lama-lama bersikap kesal. Wong itu orang iseng dan pandai banget bikin aku ngakak sama celetukannya yang jahil.

Maka pada hari yang udah direncanakan, aku mau juga diajaknya. Dijemput dengan motor RGR merah. Motor gede yang saat itu lagi booming di kalangan anak muda di kotaku. Acaranyapun ramai dan heboh.

Cowok tersebut mengenalkan aku pada teman-temannya sebagai pacarnya. aku tanya langsung ke cowok itu, maksudnya apa. Dia jawab serius emang dia beneran mau kami pacaran.

Asli, saat itu aku cuma garuk-garuk kepala. Aku kepikiran pada sahabatku Mawar.

Sesudah main petak umpet selama dua bulan. Karena akhirnya aku mau juga diajak pacaran, akhirnya aku berterus terang pada Mawar. Reaksi Mawar udah kuduga. Marah dan kesal.

Setiap bertemu di tempat kursus, tiga kali seminggu aku dicuekin. Tapi aku tetap berusaha tersenyum dan menyapanya. Dijawab sih, tapi ketus. Ya aku sih bersabar. Menerima kesalahan karena udah curang.

Eeehhh ndhilalah, setelah sebulan Mawar ketus ke aku, dia mengajak baikan. Ternyata Mawar udah dapat pacar baru. Teman kami di kursus itu juga. Syukurlah akhirnya Mawar tidak marah lagi.

Tapi ada masalah baru yang tidak diduga. Pas malam minggu cowok tersebut lagi apel ke rumah. Aku lagi mandi, jadi tante aku menemani cowok tersebut ngobrol.

Dari obrolan itu terbukalah silsilah bahwa cowok tersebut ternyata adalah sepupu dari mamaku. Jadi orang tuanya cowok itu adalah paman dari mama. Masih satu kakek mereka. Ya Salaaam, cobaan apa lagi ini.

Kita jadi bingung dong, mau stop udah kadung suka. Mau lanjut silsilah keluarga menghalangi. Kalau dalam adat kami, harusnya aku memanggil tulang pada cowok tersebut. Dan sebaliknya cowok tersebut memanggil aku bere. Rumit, kaaaannn?

Aku ingat banget, cowok tersebut membuat tulisan di belakang mobil carry nya yang berwarna kuning dengan bunyi”Bereku, idolaku”

Hahahaha…..mungkin itu balasan buat aku yang kecil-kecil udah jadi Pelakor. Doa Mawar diijabah kali yeee.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.