Kolom Ganggas Yusmoro: NASIB PUISI CHAIRIL ANWAR DI JAMAN NOW?

Beruntung, sangat beruntung seorang Chairil Anwar hidup di masa lalu. Coba kalau hidup di masa kini, di Jaman Now, di jaman para otak cingkrang dan sumbu pendek merajalela di tengah jalan bersama mobil komando dengan jejeran TOA di kanan kiri.

Bersyukur, sangat bersyukur puisi-puisi sang Maestro Pujangga negeri ini hidup ketika negeri ini masih banyak yang waras.

Masih bisa membedakan antara bahasa yang tersirat dan tersurat. Masih bisa memahami bait-bait yang diungkapkan dari untaian kata dengan olah rasa. Dengan hati yang bijak. Coba kalau puisi tersebut muncul di zaman manusia-manusia yang pikirannya bercampur dengan sampah, maka bisa jadi seorang Chairil Anwar akan didemo berhari-hari. Istilah sekarang bersilit silit.

Bayangkan, ketika Chairil Anwar mengatakan “Biar Peluru Menembus Kulitku, AkuTetap Meradang Menerjang.” Apa yang terjadi? Manusia-manusia sontoloyo yang berkostum gamis akan membully habis-habisan.

“Wooiii !!!! Itu takabur, tidak ada orang sakti. Itu melecehkan Tuhan, itu sangat menyimpang dari ajaran agama.”



Bait-bait lainnya bisa jadi akan ditangkap oleh yang mikir dengan dengkul dan emosi yang meluap-luap. “Haram Jadah !” (Padahal juadah saja tidak haram), apalagi digoreng, woww …. Guyiiihhh

Apalagi jika puisi tersebut dibaca oleh yang pro Jokowi, maka negeri ini akan kembali geger. Pak Polisi akan dibuat sibuk, para pedagang asongan bersukacita. Monas kembali gegap gempita.

Untung, kan?

HEADER: Puisi Chairil Anwar yang berjudul AKU ditulis di dinding sebuah bangunan di Kota Leiden (Nederland) (Foto: ITA APULINA TARIGAN)







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.