PATRIARKI MAKAN KORBAN

Oleh SRY S. GINTING

Kisah yang kudengar petang ini. Setelahnya, sambil diiringi Yiruma dengan ‘River Flows in You’ tak terasa air mata mengalir sambil merenungkannya. Betapa sebagian manusia hidup begitu menderita di tengah masyarakat penganut patriarki akut.

Dikisahkan, seorang manusia yang ringkih hidupnya, meminta sepetak tanah kepada saudaranya agar kelak dapat mendirikan gubuk tempatnya berteduh.

Namun, kecewa yang ia dapat. Permintaannya ditolak dan malah ditawarkan lokasi lain, yang bukan impiannya dan bahkan sungguh merugikan dirinya sebagai manusia. Ia ditolak hanya karena ia terlahir sebagai seorang perempuan.

Lalu, si saudara yang lahir dari rahim yang sama merasa punya kekuatan untuk menolak, semata karena ia terlahir sebagai lelaki.

Meski tak sejengkal pun dari tanah itu adalah hasil jerih lelahnya, namun, karena ia laki-laki, maka ia diberi hak untuk memutuskan. Tanah itu, meski merupakan warisan orangtua mereka, yang melahirkan si perempuan juga dan membesarkan si laki-laki, berada di bawah kuasa si laki-laki.

Budaya kuno ini membuat perempuan betul-betul bergantung penuh pada belas kasihan alias murah hati saudaranya laki-laki. Haleluya kalau bersaudara kandung dengan lelaki waras. Jika kebetulan rakus? Habislah.

Sebaliknya, dengan kisah di sebuah keluarga beranggotakan semua anaknya laki-laki. Maka pembagian merata, sama rata, duduk sejajar.

Lagi lagi, patriarki makan korban.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.