Dalam amatan posting narasi, gambar, komen di medsos
Oleh: Paulus Jepe Ginting (Jakasrta)
Eksistensi tim sukses penting dalam setiap Pilkada. Terlebih bila Paslon (pasangan calon) relatif banyak seperti di Kabupaten Karo yang mencapai 7 Paslon. Tugas tim sukses sangat berat menggodok taktik strategi pemenangan Paslon dukungannya. Mungkin, sangkin beratnya, menimbulkan kegamangan, kebingungan, keheranan, kekuatiran, ketakutan, dan kemasabodohan. Bila kondisi psikologis ini diamati, muncullah beberapa perilaku komunikasi politik yang aneh-aneh dan kontra produktif. Niatnya meningkatkan simpati publik, tapi malah menimbulkan antipati publik.
Perilaku komunikasi politik yang muncul antara lain:
- Lucu-lucuan atau komedistik
Niat melucu mengundang simpati namun tak mengandung pesan jelas. Hasilnya nalar sehat menilai muak.
- Berlebihan atau oversize
Banyak berniat baik menyampaikan pesan jelas, tapi berlebihan takarannya. Hasilnya bosa.
- Kekurangan atau undersize
Niat agar pesan mudah dipahami namun terpotong. Hasilnya: tanda Tanya.
- Menyerang atau agresi
Terlalu banyak menyerang Paslon lain tanpa menyampaikan kelebihan Paslonnya sendiri. Hasilnya benci.
- Malu-malu atau introvert
Penyampaian serba tanggung, diam-diam, muncul hilang, tidak terarah. Hasilnya tak dilirik.
- Bertahan atau depending
Tidak berkemampuan memberi penjelasan atas serangan, cuek, masa bodoh. Hasilnya asyik sendiri.
- Bertentangan atau oposisi
Tanpa sadar sesama Timses Paslon tertentu membuat statemen, berita, komentar saling berlawanan. Hasilnya bingung.
- Keluhan atau complain
Tanpa sadar sesama Timses Paslon tertentu mengeluh satu dengan yang lain karena faktor tertentu diantara mereka. Hasilnya tidak dipercaya.
- Kurang semangat atau motiveless
Hanya asal-asalan, ikut-ikutan, tanpa arah. Hasilnya jengkel.
- Keuntungan finansial atau finance opportunism
Arah perilaku semua disasar dan didasarkan perolehan uang untuk dirinya. Hasilnya citra lemah.
Terlihat disini dari tulisan PJG bahwa hanya ada peranan timses, yang keaktifannya tergantung duitnya atau ’uang rokoknya’. Tak terlihat sama sekali kehadiran paslon sendiri. Timses mestinya mendukung apa yang dinyatakan oleh paslonnya. Kalau paslon tak menyatakan apa-apa, berarti timses hanya mendukung KEGELAPAN.
Rakyat Karo masih sangat mengharapkan jika diantara paslon bisa ada usaha menunjukkan kepemimpinan abad 21, katakan apa yang harus dikatakan, tulis apa yang harus ditulis, bikin apa yang harus dibikin, semua transparan. Dengan demikian rakyat Karo bisa bikin penilaian dan bisa mengerti siapa yang patut jadi bupati.
Paslon-paslon ini adalah juga orang Karo yang punya cita-cita lebih tinggi demi Karo dari pada hanya jadi pejabat bupati. Karo abad 21 lebih membutuhkan pemimpin daripada kebutuhan cari bupati. Jabatan bupati sudah ada sejak kemerdekaan. Sekarang Karo butuh PEMIMPIN. Tak perlu rebutan jadi bupati, tetapi kerja keraslah jadi seorang pemimpin Karo.
Karo akan mulai menunjukkan perubahan politik dunia dari daerah ke nasional terus ke internasional. Dimulai dengan KEARIFAN LOKAL. Disinilah Karo sangat membutuhkan pemimpin abad 21. Perubahan sangat cepat dan terus menerus. Manusia bisa berubah (revolusi mental) termasuk juga paslon-paslon Karo.
Jadilah pemimpin abad 21. Dimulai dari Karo!
MUG