Kolom Darwono Tuan Guru: TERAPI JANTUNG KORONER DENGAN MINYAK ANGIN (Kualitas Pendidikan Indonesia)

Darwono Tuan GuruAda hal yang kurang lengkap saat kita mendiskusikan kualitas pendidikan Indonesia. Pendidikan Indonesia yang dinyatakan memiliki kualitas terendah di dunia, selalu saja titik tembaknya adalah guru. Faktor penyebabnya, salah satunya masih rendahnya kualitas guru atau tenaga pengajar di Indonesia. Padahal, menurunnya kualitas guru sangat menentukan kualitas hasil pendidikan.

“Dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) ada 192 dari 1,6 juta guru saja yang memperoleh nilai di atas 90. Sementara nilai rata-rata UKG hanya 56,” demikian yang diungkapkan oleh pengamat pendidikan Indra Charisniaji usai mengikuti seminar nasional pendidikan di Gedung DPR RI bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan serta Komisi X DPR RI [Selasa 26/4].

Indra selalu saja terpaku pada hasil UKG dalam menyoroti kualitas guru, dan juga sangat disayangkan jika kualitas pendidikan hanya dikaitkan dengan kualitas guru. Padahal, banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan.

Merujuk pendapat Jufriono MPd, ada 6 faktor dasar keberhasilan dalam mencapai mutu dunia pendidikan, yakni; media pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum, guru, infrastruktur, dan manajerial kepala sekolah. Berikut penjelasan tentang faktor-faktor penunjang tersebut. Pada tulisan ini disaampaikan 2 faktor yang menurut hemat penulis perlu untuk kita pikirkan bersama-sama.

Membatasi pada aspek pembelajaran, terdapat 3 (tiga) faktor utama yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, antara lain adalah faktor yang datang dari guru, peserta didik, dan lingkungan. Guru merupakan salah satu komponen terpenting karena dianggap mampu memahami, mendalami, melaksanakan, dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan hal tersebut, maka guru menjadi pihak yang sangat mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas. Pengaruh guru dalam proses pembelajaran di kelas berkaitan erat dengan keprofesionalitasan guru itu sendiri. Guru yang profesional didukung oleh 3 hal, yakni: keahlian, komitmen, dan keterampilan.

guru 11Selain 3 hal keprofesionalan guru di atas, hal-hal yang akan berpengaruh terhadap proses pembalajaran di antaranya:

a. Kondisi dalam diri guru,

b. Kemampuan mengajar,

c. Kemampuan mengatur kondisi kelas

Faktor ke dua yang mempengaruhi kualitas pembelejaran adalah peserta didik.

Sebagai bagian pembelajaran, peserta didik sebagai penerima berbagai transfer pengetahuan, sikap, dan keterampilan guna perubahan dalam dirinya sebagai proses pembelajaran juga menjadi penentu dan hal yang mempengaruhi proses pembelajaran itu sendiri. Diantara pengaruh peserta didik dalam proses pembelajaran adalah kondisi peserta didik itu sendiri yang dipengaruhi beragam aspek dari dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya yang nantinya akan berdampak pada kesiapannya dalam menerima pelajaran.

Sedang faktor ke tiga yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah lingkungan.

Lingkungan yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas mencakup lingkungan kelas dan lingkungan sekitar sekolah. Lingkungan kelas merupakan suatu tempat tertentu yang secara spasial menjadi lokasi proses pembelajaran. Kelas tidak hanya memiliki batasan ruang dalam sebuah gedung sekolah, tapi dapat dilakukan di mana saja asalkan terjadi interaksi pembelajaran antara guru dan peserta didik serta merupakan bagian dari proses pembelajaran yang sistematis. Lingkungan kelas akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan kondisi dalam kelas itu sendiri.

Faktor lain adalah faktor Sarana dan Prasarana.

Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, maka sarana dan prasarana memiliki peranan penting dalam pembelejaran. Selain untuk pembelajaran juga berfungsi untuk penelitian bidang yang ditekuni. Artinya, secara langsung teori yang mereka dapat bila langsung dipraktekan, sehingga tercipta keseimbangan pembelajaran di sekolah. Jika hanya teori yang diajarkan, maka hal itu akan menjadi beban siswa dalam menekuni suatu bidang ilmu.




Khususnya untuk bidang-bidang pelajaran tertentu, tersedianya sarana prasarana yang memadai sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar, terutama dalam mengkonstruk konsep atau teori yang ditelaah. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang kualitas belajar siswa. Jika kita ingin menganalisa kelainan/ penyakit sistema ekresi, bagaimana mungkin dapat dilakukan jika di sekolah tersebut tidak tersedia alat dan bahan yang memungkinkan melakukan eksperimen tersebut? Mengganti praktek Uji Urin dengan melihat video uji urin sangatlah jauh berbeda. Keterlibatan semua indra beserta aspek psikomotor dan afektifnya, tidak bisa disamakan dari keduanya.

Sarana dan prasarana sangat mementukan standar proses pembelajaran berjalan atau tidak. Sayangnya, sudah 3 tahun Kurikulum 2013 ini berjalan, sarana-prasarana yang justru sangat penting untuk mendukung pembelajaran, termasuk proses pembelajaran guru itu sendiri seakan terlupakan. Selama itu pula hanya faktor guru yang menjadi kambing hitam. Bagaimana guru bisa meningkatkan kualitasnya ketika referensi-referensi yang ditemukan sekedar buku-buku proyek yang kadang lemah konsep? Bagaimana guru bisa semakin bertambah keilmuannya jika yang dibolak-balik hanyalah LKS dari cetakan kertas buram?

Apa yang ingin kemi ketengahkan adalah, ketika kita ingin memperbaiki kualitas pendidikan, tetapi hanya bagian dari aspek tertentu saja yang kita lakukan, maka bagi penulis yang berlatar belakang Ilmu Kedokteran, seperti kita melakukan terapi jantung koroner dengan menggosok minyak angin. Jangan diharapkan sembuh tentunya.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.