Kolom Eko Kuntadhi: ISLAM ITU AGAMA DAMAI. OK, BUKTIKAN! (Jangan Ngomong Doang)

Ada maling bloon ditangkap polisi. Ketika ditanya kenapa dia menjadi maling, dia menjawab: “Kemarin saudaraku ada yang kemalingan juga, pak. Jadi gak salah, dong, kalau saya jadi maling.”

Itu adalah jawaban maling yang logikanya keserimpet.

Kemarin, ada teroris membunuh polisi dan meledakkan bom bunuh diri di gereja. Pelakunya beragama Islam, menjalankan aksi bom bunuh diri dengan motivasi keagamaan menurut versinya. Orang normal menuding kelakuan biadab itu dengan perasaan marah dan jijik.




Bukannya mengutuk perilaku yang mencoreng agamanya, sebagian orang malah membangun alasan aneh. “Kamu tahu, berapa banyak muslim Palestina yang dibunuh tentara Israel?” katanya.

Ada alasan lain lagi, “Bagaimana dengan muslim Rohingya yang dibunuh tentara Myanmar?” ujar orang lainnya.

Yang paling seru adalah alasan ini. “Dulu Indonesia dijajah Belanda. Apa agama orang Belanda? Kristen, kan? Makanya jangan marah kalau orang Islam mengebom gereja. Itu belum seberapa dibanding penjajahan Belanda.”

Saya bengong dengan berbagai alasan tersebut. Sama seperti polisi bengong dengan jawaban maling bloon yang ketangkap basah.

Kalau ada muslim Palestina dibunuh tentara Israel, lantas apa hubungannya dengan jemaat gereja di Surabaya? Sedikitpun kita susah mencari benang merahnya. Tapi entah mengapa mereka bisa menghubungkan logika itu dalam satu tarikan nafas.

Kalau ada muslim Rohingya ditindas penguasa Myanmar, lantas apa kaitannya dengan umat Budha di Indonesia? Kenapa juga menjadi alasan untuk memaklumi tindakan biadab para teroris?

Kalau ada penjajah Belanda yang kebetulan beragama Kristen, yang awalnya adalah sebuah perusahaan VOC, menjajah Indonesia, lalu apa hubunganya dengan umat Kristen di Surabaya? Bahkan mereka yang jadi korban keganasan itu, boro-boro pernah ke Belanda.

Sebagian orang memang menderita cara berfikir over generalisasi. Ini cara mikir yang gebyah uyah. Orang Islam di Rohingya ditindas tentara Myanmar yang kebetulan beragama Budha, lantas orang Islam di sini merasa pantas membalasnya kepada umat Budha di Indonesia.

Tentara Belanda yang kebetulan sebagian beragama kristen dan menjajah Indonesia yang sebagian beragama muslim. Lantas kenapa juga umat Islam di Indonesia yang hidup jaman sekarang memusuhi umat kristen Indonesia? Padahal, orang Indonesia apapun agamanya, dulu juga menjadi korban penjajahan Belanda.

Emang Belanda tidak menindas umat Hindu di Bali?




Sebetulnya logika aneh itu dibangun atas perasaan tertindas yang terus-menerus disebarkan di kalangan sebagian kaum muslim. Mereka merasa umat Islam sedang ditekan. Mereka merasa pemerintahan Indonesia yang sekarang memusuhi Islam Indonesia. Makanya ada alasan radikal untuk menyerang pemerintah.

Ini logika paling gemblung. Bagaimana mungkin pemerintah Indonesia dituding memusuhi umat Islam. Wong Presiden dan Wapresnya muslim. Kapolri, Panglima TNI semuanya muslim. Ketua DPR, MPR, MA, semuanya muslim. Sebagian besar Gubernur dan Bupati beragama muslim.

Di Aceh, hukum qanun dibiarkan berjalan, meskipun sampai sekarang kita susah melihat positifnya dibanding penerapan hukum di wilayah lain. Jemaah haji Indonesia paling banyak di dunia. Masjid dan mushola ada di setiap pengkolan. Acara TV setiap hari terselip dakwah. azan magrib ditayangkan di semua TV.

Terus siapa yang memusuhi umat Islam, ya akhi?

Mungkin saja rakyat Palestina yang sebagian muslim sedang mengalami tindakan buruk agresi Israel. Tapi, itu tidak cukup untuk menemplokan kondisi Palestina dengan Indonesia.

Kalau rakyat Rohingya sedang mengalami tekanan pihak Myanmar, ya itu di Myanmar. Sangkut pautnya dengan umat Islam Indonesia boleh dibilang gak ada sama sekali. Berempati boleh saja, tapi empati yang akhirnya membenarkan tindakan teroris, itu namanya ngeles.

Mestinya kebiadaban kita lihat sebagai kebiadaban. Jika dilakukan Israel namanya kebiadaban. Jika dilakukan orang Myanmar namanya kebiadaban juga. Jika dilakukan oleh orang yang beragama Islam, namanya tetap saja kebiadaban.

Jadi, tindakan teroris di Surabaya itu, ya kebiadaban yang dilakukan oleh sekelompok orang Islam.

“Jangan salahkan agamanya, salahkan orangnya,” teriak mereka protes.




Iya, emang. Mana bisa ajaran agama sebagai sesuatu yang abstrak itu membuat bom. Pasti butuh orang yang melakukannya. Nah, orang itu melakukan karena dia meyakini sedang menjalankan ajaran agamanya. Sama seperti para pembela teroris, seolah sedang menjalankan solidaritas terhadap saudara seagamanya.

“Tapi Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Islam adalah agama yang wajib menyebarkan kasih sayang. Bukan hanya kepada mereka yang berbeda agama, bahkan umat islam wajib berkasih sayang kepada seluruh alam semesta. Islam tidak mengajarkan terorisme,” katanya lagi.

“Ok, buktikan!”

Simpel bukan?

Jika kamu teriak Islam adalah agama rahmatan lil alamin, tetapi masih mencaci maki orang yang berbeda agama, berbeda keyakinan, berbeda cara berfikir, berarti kamu sedang mencoreng agama yang kamu yakini. Jika kamu meyakini Islam tidak merestui terorisme, tetapi kamu mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakan biadab para teroris dengan berbagai alasan konyol itu, berarti kamu sedang menista keyakinanmu sendiri.

Jika kamu bilang Islam adalah agama yang damai tapi setiap hari kerjamu mengkafir-kafirkan orang, menista keyakinan umat lain, maka sebetulnya kamu sedang meludahi ajaran agamamu sendiri.

Jangan marah jika ada yang berfikir buruk tentang agamamu. Wong, kelakuanmu sendiri yang membuat orang berfikir seperti itu.







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.