BUSANA MUSLIMAH NUSANTARA

Oleh GAUS AHMAD

Entah mimpi apa saya bisa berada di antara ibu-ibu cantik ini. Acara utamanya, saya kira, halal bihalal saja. Sekalian reuni Serumpun Bakung, komunitas perempuan yang peduli melestarikan budaya berbusana tradisional Nusantara. Tapi supaya ada judulnya, maka diundanglah saya untuk mengisi tausiah kebangsaan dengan tema yang cukup berat: Humanisme Cak Nur.

Acaranya Minggu 14 Mei 2023, di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.

Mengapa Cak Nur? Rupanya diam-diam mereka adalah para pendaras pemikiran sang cendekiawan tersebut. Bahkan beberapa dari mereka merupakan murid langsung Cak Nur, yang aktif mengikuti kajian-kajian keislaman di Paramadina, lembaga yang didirikan oleh alm. Cak Nur.

Dalam sesi sharing saya menangkap ada kecemasan akan hilangnya budaya pakaian Nusantara, digerus oleh cara berpakaian yang didiktekan oleh paham keagamaan tertentu.

Padahal, busana Nusantara itu sangat kaya, estetik, dan sekaligus bersahaja — dalam arti sebenarnya karena di sana, di dalam tradisi busana Nusantara itu, tidak ada klaim teologis tentang kebebaran, apalagi klaim kesucian.

Jadi, saya melihat geliat para perempuan yang kini mulai banyak kembali berbusana Nusantara itu sebagai perlawanan simbolik terhadap paham keagamaan yang monolitik dan otoriter atas pakaian perempuan muslimah.

Ini sejalan belaka dengan pikiran-pikiran Cak Nur yang tegas menolak tafsir tunggal atas teks-teks keagamaan. Jika Islam dimonopoli oleh satu tafsir maka ia menjadi sempit, rahmatnya terkungkung.

Perjuangan mereka tidak mudah, karena berhadapan dengan tekanan sosial yang sangat keras. Kita hidup dalam sebuah habitus keagamaan yang hegemonik dan menindas kebebasan. Karena itu saya mendorong mereka membangun arena-arena baru yang lebih banyak lagi, sehingga nanti akan terbentuk habitus baru yang bersifat emansipatoris dan egaliter. Bebas dari kungkungan satu paham yang seragam dan menindas.

Komunitas Serumpun Bakung ini dikomandani oleh Nisa Alwis, alumnus pesantren, dan juga memimpin sebuah pesantren di tanah kelahirannya, Pandeglang, Banten.

Semoga akan lahir nisa-nisa lain, di seluruh Tanah Air.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.