Kolom M.U. Ginting: Eropah Kini Ikut Jokowi Dalam Bersikap Terhadap Teroris

M.U. GintingDalam menghadapi kelompok teroris Santoso, AS mau ikut campur pula. Betul Menko Luhut bilang: “Ngapain Amerika masuk?” Jelas Indonesia akan lebih mampu menghadapi teroris di negerinya, terbukti juga dari teror Thamrin tempo hari ditumpas menit-menitan saja. Soal Santoso sudah menjadi teror gerilya kata Menko Luhut, bisa lebih panjang ceritanya, tetapi bukan tak mungkin dibinasakan oleh Indonesia, tanpa campur tangan luar.

”Kelompok bersenjata pimpinan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, masuk dalam daftar Specially Designated Global Terrorists (SDGT). Bahkan imbauan pemerintah AS terhadap warganya untuk tidak berhubungan dengan orang-orang dalam daftar itu, serta memberikan mandat bagi aparat untuk melakukan tindakan hukum dirasa aneh oleh Indonesia.” (merdeka.com).

Memang betul aneh, tetapi juga tidak aneh, karena kalau dilihat dari tujuan global AS dalam mengontrol dunia. Jangan lupa kata-kata Roosevelt bahwa pemerintahan AS sudah dimiliki oleh ’financial element centers’ atau semacam neolib jaman dulu ketika jaman Roosevelt. Dia bilang:

On November 21, 1933,“The real truth of the matter is, as you and I know, that a financial element in the large centers has owned the government of the United States since the days of Andrew Jackson.” 

Andrew Jackson adalah presiden AS ke 7 (1829-1837).

terorisme 1
Gerak kehidupan normal kembali di Eropah. Sebuah jalan menuju stasion metro di Amsterdam.

Jadi, yang namanya AS atau pemerintahan AS sesungguhnya adalah ‘financial element’ itu sendiri, tak peduli presidennya dari Republik atau Demokrat. Sejak setengah abad ke belakang, ‘Finacial element centers’ ini sedang aktif-aktifnya dalam meluaskan ‘war-based economy’ atau ‘terror-based industry’. Ini semua erat kaitannya dengan ‘military industrial complex’ pidato terkenal Eisenhower 1961 ketika akan meninggalkan jabatannya sebagai presiden.

Di luar dugaan Eisenhower sendiri atau memang sudah menduga juga, sekarang ini ’military industrial complex’ itu telah menyatakan dirinya dalam ’teror-based industry’ atau ’war-based economy’ itu. Karena itu, tidak heran juga kalau Santoso dimasukkan ke dalam daftar SDGT (Specially Designated Global Terrorists) untuk lebih gampang dikendalikan atau bahkan minta ikut campur seperti di atas.

Santoso, ‘masuk dalam daftar SDGT’. Ha ha ha . . . ini dia salah satu cara mencampuri negara lain, dan mereka tak sembunyikan juga, tak ada malunya kalau kita bilang, terus terang saja bilang ikut campur karena dia (Santoso) masuk SDGT. Anehnya siapa pula yang memasukkan Santoso ke daftar itu? Santoso tak akan mendaftarkan dirinya, juga Indonesia tak mendaftarkan, bahkan Indonesia tak pernah mengakui ada daftar kayak gitu,  gile . . . itu daftar teroris apa-apaan itu? 

Terorisme di Indonesia dan bagi seluruh rakyat Indonesia, sekarang sudah jelas, bukan mewakili Islam seperti sudah dinyatakan dengan tegas oleh Wapres JK, dan tak perlu ditakuti dinyatakan oleh Presiden Jokowi. Pernyataan Jokowi ini hebatnya sudah meluas menjangkiti rakyat Eropah. Semua menyatakan teror tak perlu ditakuti.




Pertama, karena selalu saja ada orang yang mau membom dengan bunuh diri, atau dicuci otaknya untuk itu. Ini tak bisa dihindari kata orang banyak, karena itu tak perlu ditakuti. Banyak menyatakan sekarang, kita biasa saja, naik bus, belanja, ke restoran seperti biasa tanpa rasa takut akan bom. Luar biasa menjalarnya pernyataan Jokowi dalam teror Thamrin itu. Teroris Thamrin bukan mewakili siapa-siapa di Indonesia, atau apakah sudah dimasukkan pula ke dalam daftar SDGT?.

Terorisme tak bisa dipungkiri selalu mewakili kepentingan luar secara ekonomi dan secara strategi wilayah demi kekuasaan global. Terorisme adalah kelahiran ’war-based economuy’ dan ’terror-based industry’ atau ‘military indusrtial complex’ dalam pidato terkenal Eisenhower 1961.

Jonathan Turley George Washington University bilang: ”The core of this expanding complex is an axis of influence of corporations, lobbyists, and agencies that have created a massive, self-sustaining terror-based industry.” 

Karena itu juga Prominent academic and author Dr Michel Chossudovsky bilang: “The so-called war on terrorism is a front to propagate America ’s global hegemony and create a New World Order. Terrorism is made in USA , The global war on terrorism is a fabrication, a big lie.”




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.