Kolom Acha Wahyudi: PERBURUAN DUREN TELAH USAI

Kecuali anakku Brev, kami semua maniak duren! Berbeda dengan kebanyakan bangsa ini yang menganggap Musim Haji itu istimewa, karena biasanya kelar musim haji, maka dimulailah musim kawin, janur kuning melengkung di mana-mana. Sementara bagi kami sudah pasti musim duren adalah musim yang ditunggu-tunggu.

Apalagi sejak pohon duren kami satu-satunya di samping rumah Parung, ngambek, ga pernah lagi bisa berbuah sampai besar. Belumlah puber sudah gugur!

Tak mampu seperti beberapa teman yang punya agenda tetap berburu durian sampai Balai Karangan, yang harus ditempuh dalam 2 jam lebih penerbangan udara dari Soeta. Lanjut 5 jam naik mobil dari Pontianak. Belum cukup puas Mereka akan lanjut ke Kuala Lumpur bahkan Bangkok untuk menemukan duren terbaik.

Meanwhile perburuan duren kami mentok hanya sampai Kampung Baduy-Ciboleger, Banten, 6 jam berkendara dari Bogor.

Sudah sejak Desember lalu, disusunlah rencana untuk memulai perburuan duren ke Kampung sahabat-sahabat Baduyku. Namun slalu ada saja halangan.

Bergantian anak-anak sakit, belum lama lalu Khanza dan Bima demam sangat tinggi. Ternyata DBD! Ini yang anak-anakku saat sakit takutkan, terbiasa nyaman dirawat ibunya di rumah, terpaksa harus opname beberapa hari di rumah sakit.

“Aku harus pulang sekarang, Mom. Aku bisa mati stress kalau lebih lama di sini. Lagian kan kita mau nyari duren!” Hhihi…. agak lebay memang anakku satu tu, merengek minta segera bisa pulang di saat curve trombositnya malah anjlok ke angka 30 ribu. Dokter janji akan mengizinkan pulang begitu trombosit sudah naik. Akhirnya dua hari kemudian boleh pulang, Khanza seneng banget, seperti baru saja dapat vonis bebas dibebaskan dari penjara!

Dua hari setelah keluar rumah sakit, dia sudah terbang kembali ke Bali, Kampung Baduy seketika terlupakan!

“Di Bali juga ada duren enak, mom,” katanya.

Ya ampun anak ini! Baiklah….

“Hon…. Ayo kita cari duren dekat sini aja!”

Beberapa kali berhenti beli di jalan, ga dapet yang enak, walau penjualnya bilang hanya bayar yang enak, namun ga tega kalau tidak dibeli bila sudah dibuka.

Beli frozen di Ae*n lumayan lah, kemarin saat sekalian beli nanas, sempat juga dapat beberapa duren, manis namun tak terasa legit. Nah, saat semua sudah sehat, baru aja mau nyantai sedikit, giliran Mas Didi demam, menyusul Himalaya dua hari lalu. Sempat demamnya tinggi sekali. Aku observasi, bila sampai halusinasi seperti kakak dan adiknya, harus ke UGD!

Aku rawat lebih seksama, fortunately Ia sembuh dengan cepat. Kemarin dia sudah bisa mengejar final projectnya. Dan hari ini bisa berangkat sekolah walau wajahnya masih sedikit pucat. Hima mengatakan, mungkin dia cepat sembuh, karena sekarang dia lebih intens berolahraga. Definetely agree with you, cantik..

Akhirnyaa… bila semua benar-benar sudah sehat, kami akan ke Kampung Baduy akhir pekan ini menunaikan janji terutama ke Himalaya dan Bima, the truly durian lovers. But, suddenly I got something good out of the blue!

Membuat terharuku pagi ini, seorang baik hati sekaligus 𝗦𝗮𝗻𝗴 𝗣𝗲𝗻𝗴𝗴𝗲𝗻𝗴𝗴𝗮𝗺 𝗦𝗲𝗺𝗯𝗼𝘆𝗮𝗻 𝗦𝘄𝗮 𝗕𝗵𝘂𝘄𝗮𝗻𝗮 𝗣𝗮𝗸𝘀𝗮! Seorang Pemimpin Ksatria penjaga negeri, mengirimkan satu kardus besar berisi durian berasal dari Bali, Kampung Halaman Beliau.

Dengan mencium saja wangi duren di hadapanku ini, sudah dapat kubayangkan kelezatannya, tapi sabaaar… masih harus menunggu krucil pulang sekolah sore nanti. Namun dengan segenap keyakinan kunyatakan, perburuan duren musim ini telah usai!

Hangat indah persahabatan terasa mengaliri relung hati..

Matur sukseme Komandan Marsekal Igw DheNoviasa, semoga sehat dan berjaya selalu, hidup bahagia bersama keluarga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.