Kolom Alvian Fachrurrozi: JALAN EPISTEMOLOGI BUDDHA

Ketika agama lain mendeklarasikan diri sebagai agama langit (pewahyuan) dan tidak terima ketika diejek oleh agama lainnya sebagai agama bumi (kreasi manusia), agama Buddha justru bersikap sebaliknya.

Ia bangga ketika disebut sebagai agama bumi yang berkonotasi sebagai kreasi Buddha Gautama.

Para pengikutnya pun menyakini Siddhartha tercerahkan menjadi Buddha adalah hasil olah laku batinnya sendiri. Bukan pemberian hadiah cuma-cuma dari Tuhan dalam bentuk wahyu.

Ketika agama lain mengajarkan tentang Atman/ percikan Tuhan di dalam diri, Realitas Ilahi di dalam diri, Nur Muhammad di dalam diri, Diri Sejati, Dewa Ruci, Roh Kudus dan sebagainya serta mereka beromantisasi syahdu dengan konsep-konsep pengajaran itu, agama Buddha justru sebaliknya mengajarkan konsep Anatta (tiada Realitas Ilahi di dalam diri) serta tidak mau beromantis-romantis syahdu dengan sesuatu yang dianggap ilahi.

Mereka hanya akan mencukupkan diri mensucikan batin via meditasi semata.

Ketika seorang Hindu mendapatkan vision bertemu dengan Krishna, seorang Kristen mendapatkan vision bertemu dengan Yesus, dan seorang Muslim mendapatkan vision bertemu dengan Muhammad, hal-hal demikian dalam ketiga agama ini tentu akan dianggap sebagai penanda spiritual yang baik atau bahkan penanda pencapaian level spiritual yang tinggi.

Sementara sebaliknya dalam agama Buddha, ketika seorang Buddhis mengaku mendapat vision bertemu dengan Buddha Gautama, justru ia akan dianggap sebagai pembual atau halu. Dalam tradisi Buddhis menyakini Buddha Gautama sudah mencapai nibbana yang berarti telah “padam” baik secara lahir maupun secara batin. Oleh karena itu, Buddha Gautama tidak akan diketemui di dimensi alam manapun.

Bahkan sebenarnya tidak hanya Buddha Gautama saja yang tidak dapat dijumpai di dimensi alam manapun. Para pengikut Buddha yang sudah mencapai level kesucian Arahat ketika meninggal juga tidak akan dijumpai di dimensi alam manapun.

Inilah beberapa pandangan unik dan anti mainstream dari agama Buddha diantara banyak pandangan unik dan anti mainstream yang dimilikinya. Secara epistemologis atau teori pengetahuan, agama Buddha memang sangat berbeda jika dibandingkan dengan agama-agama besar lain yang ada di Indonesia.

Unik, nyentrik, dan tidak umum itulah agama Buddha dan sedikit banyak pandangan dunia saya juga diwarnai olehnya. Meski demikian, saya tidak mendeklarasikan diri sebagai pengikut Buddha — dalam artian dogmatik dan menyetujui 100% konsep gagasan Buddha Gautama.

Tetapi jika dalam artian berani berbeda dengan hegemoni mayoritas/ keumuman (termasuk hegemoni Buddhisme sendiri) dalam ruang pencarian kebenaran — tentu saya mengikuti jalan Buddha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.