Kolom Alvian Fachrurrozi: MASIHKAH RELEVAN MADILOG?

Ketika sains mutakhir telah menemukan fisika kuantum dan mengakui hal-hal yang immaterial. Ketika filsafat sudah pada tahap aliran postmodern yang mengakomodasi kultur-kultur Asia yang bernuansa mistik dan metafisik. Dan, ketika psikologi pun sudah sampai pada jenjang psikologi transpersonal yang mengakui eksistensi jiwa dan memiliki keterbukaan pada aspek spiritualitas.

Bagi saya, ketiga hal itu adalah penanda mulai mencairnya kuasa pengetahuan Barat yang begitu hegemonik mendewa-dewakan materialisme itu.

Akhirnya mereka mulai mengakui dan bahkan berguru pada epistemologi pengetahuan Timur yang berjangkar pada spiritualitas. Maka, berangkat dari situ, saya tidak pernah kagum dengan kerangka berpikir Madilog yang merupakan upaya intelektual Tan Malaka untuk mengcopas pemikiran positivisme dari August Comte 1 abad sebelumnya.

Para aktivis mahasiswa atau para pegiat literasi mungkin menganggap Madilog itu adalah suluh pemikiran progresif karena menentang hal-hal kolot dan tahayul. Tetapi, kalau saya pribadi bahkan menganggap Madilog itu sesuatu yang sudah old school, tidak progresif, kolot, dan bahkan katrok di hadapan dinamika zaman dan perkembangan pengetahuan.

Berbicara tentang materialisme, dialektika, dan logika di zamannya August Comte yang masyarakatnya masih diselimuti tahayul akut itu mungkin masih dikatakan relevan dan progresif. Begitu juga seratus tahun kemudian di zaman Tan Malaka yang masyarakatnya masih pure tahayul dan sulit berpikir logis, mungkin berbicara tentang Madilog masih relevan dan membawa suluh kemajuan.

Tetapi di zaman sekarang ini, ketika sains telah memiliki fisika kuantum, filsafat telah memiliki postmodernisme, dan psikologi telah memiliki psikologi transpersonal. Singkatnya, ketika kuasa hegemoni pengetahuan Barat yang memuja materialisme itu mulai sadar akan ketidaklengkapannya dan mulai sadar untuk berkolaborasi dengan pengetahuan Timur yang berjangkar pada dunia batin, maka, masihkah kerangka berpikir materialistik ala Madilog itu tetap dianggap sesuatu yang relevan atau bahkan progresif?

Kalau bagi saya, para pemuja Madilog itu hanya akan relevan dan progresif di hadapan para pemuja klenik dan orang-orang halu. Tetapi di hadapan para saintis di bidang fisika kuantum, di hadapan filsuf postmodernis, dan di hadapan para psikolog aliran transpersonal, tentu saja mereka akan kelihatan sebagai old school, kontra revolusioner, dan bahkan katrok.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.