Kolom Boen Safi’i: DULSOMAD YANG BERULAH LAGI

Lhadalah, Si Dulsomad yang sufer tamvan itu berulah lagi. Setelah menghalalkan sogok syari alias suap menyuap, kini mulut seksi ala kuda nil itu nyinyir lagi. Duh Dad Somad, wajah sama omongan kok gak ada bedanya?

Semoga orang yang melihat Si Dulsomad diberi kesabaran, karena telah melihat sesosok penampakan, eh manusia yang bermulut seksi ala sound system New Pallapa.

Mad Somad, masak ceramah agama kok disisipi dengan ngegosipin orang, sih? Masak pengajian isinya mirip obrolan emak-emak rempong macam gini: “Eh, jeng, ye tau gak? Itu loh, lakinya si nganu ternyata nganunya kena nganu.” Atau: “Eh, ses, ternyata si nganu itu bences, ya. Ihh amit-amit jabang bieber, deh.” Terus jamaahmu pada teriak “takbir”, lhadalah ini pengajian apa arisan, Mad Somad?







Apalagi yang kamu fitnah dan gosipin itu seorang Gus yang juga rois syuriah PBNU. Waduh Mad Somad, tindakanmu ini sudah sangat fatal alias kebacut tenan. Apalagi kamu kata-katain beliau di depan ratusan jamaahmu. Tuh mulut kok berlebih amat sih, Mad? Eh iya, mulutmu kan memang sombong alias berlebih-lebihan dari dulu ya. Lupa saiia.

Mungkin kalau yang nyiyir Kyai NU, maka gerombolan kalian akan marah-marah dan tak lupa demo. Seperti membanting pintu, gelas melayang dan piring terbang. Yah, mirip konflik rumah tangga lah, Mad. Maklum kalau gerombolanmu kayak gitu, walau kita terbuat sama-sama dari tanah tetapi kita beda komposisinya, Mad. Kalau kami dari tanah yang subur, sedangkan gerombolanmu dari tanah sengketa.

Sebagai manusia yang diciptakan dari tanah yang subur, maka kami menanggapi omongan rempongmu hanya dengan tertawa. Buat apa marah dan membalas hinaan dari orang yang sudah terhina wajahnya eh hidupnya? Teruskan hinaanmu itu, Mad, teruskan saja. Kami gak akan marah, kok. Malah kami akan terus menertawakanmu sambil ngudud dan ngopi.

Inilah NU kami, Mad. Sikap pemarah itu sangat dilarang keras. Justru kata mbah Kyai, kami harus memperbanyak sholawat, dzikir, dan tak lupa perbanyak guyon alias tertawa sambil ngudud dan ngopi. Karena itu, bagi kami menertawakanmu sangatlah mudah, meskipun kau menghina dan melecehkan Gus dan Kyai kami. Terutama bila melihat wajahmu itu, Mad.

Terakhir katamu kepada Gus Ishom kan kayak gini: “Haji ola ulun, haji ola besunat belun.” Maka pertanyaan darimu akan kami balas (bukannya sombong pada orang yang sombong itu hukumnya wajib, Mad?)

Haji ola ulun, warga NU tidak anarki apalagi melihat wajahmu yang culun.

Salam Jemblem.









Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.