Kolom Boen Syafi’i: BERINTEGRITAS TAPI KALAH ATAU PENUH TAKTIK DAN MENANG UNTUK NKRI?

Mengherankan, ternyata masih ada yang suka mengkritisi kecebong dan kamvret setiap harinya. Ada kamvret bikin salah, langsung dicacimaki. Begitu juga saat kecebong melakukan sebuah blunder, eh malah ditertawai. Ah, mereka berpikir paling enak berdiri di tengah dan meniru idolanya (juga idola saya) yang mempunyai prinsip dan intregitas dalam berpolitik.

Padahal, bila direnungkan kembali, looser is looser, do nothing everything alias gol ya gol (kata si Roy Sukro sewaktu jadi Menvora).

Bagi yang jujur, kekalahan hanya akan menghasilkan tangisan dan kepedihan. Sementara bagi para begundal negara, kemenangan itu berarti bebas untuk menggarong duit negara kapan saja, sepuasnya. So, bullshit dengan apa yang dinamakan dengan interegritas dan etika berpolitik jika ujung-ujungnya bisa dikalahkan oleh para begundal negara.

Lha, wong para begundal negara saja pakai propaganda dan agitasi, kenapa juga kita musti menari-nari di genderang yang mereka mainkan dan tabuh? Kuasai serta menangkanlah dulu “peperangan” itu dengan berbagai taktik dan strategi. Kalau perlu propaganda. Setelah menang, baru kita berbicara masalah integritas kejujuran dan kerja keras.

Maaf, Indonesia tidak seperti penduduk negara maju yang tidak bisa dibodohi dengan narasi politik yang berbau agama ataupun SARA. Masih ada sebagian penduduknya yang mudah diplokotho alias dibohongi para begundal negara dengan menggunakan isue agama dan juga SARA.

Misal, ketika kita ditanya oleh seorang preman “mana temanmu, aku ingin membunuhnya?” Kondisinya kita memang mengetahui posisi dari teman kita ini, lantas apakah kita harus jujur? Itulah politik, brow, kebaikan dan kejujuran hanya bisa dilakukan di saat menang. Bila kalah, itu hanya akan menghasilkan retorika belaka.

Demi menjaga NKRI yang ber Bhineka Tunggal Ika, maka lakukanlah segala cara meski apapun resikonya. Tetapi harus tetap dalam keseimbangan serta tidak berlebih-lebihan. Yang penting, hasil akhir. Masalah permainan itu belakangan” (Jose Mourinho). Ambil posisi, dan jangan berdiri di tengah- tengah. Bila “rudal” sampean yang di tengah itu berdiri, niscaya anda akan kebingungan bila tidak ada “musuhnya”.

Ho’oh, kan, Jum?

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.