Kolom Boen Syafi’i : “BOMB TAKJIL’ LEBIH SERAM DARI “BOOBS TAKJIL”

“Gara-gara nila setitik, maka rusaklah susu sebelangga,” sebuah peribahasa yang mungkin cocok disematkan untuk komunitas “wanita” bercadar. “Lho kok wanita? Emang situ tahu beneran kalau dalemnya wanita? Bisa jadi seorang “waria” bukan?”

 

Niatnya ingin membagi-bagikan takjil gratis, tetapi dibungkus dengan gerakan kampanye. Bagi yang pro sih mungkin fine-fine aja dan malah merasa nyaman dengan aksi mereka. Tetapi, bagi yang kontra, hal ini akan membuat selera berbuka seketika menjadi hilang begitu membaca hastag yang diinisiasi oleh gerombolan PKS ini.

Pertinyiinyi “emang yang melakukan ibadah puasa itu cuma kader PKS doang? Emang setiap Muslim harus sama pilihan politiknya? Kalau gak sama apa bukan Muslim lagi? Apa sambil salto terus harus bilang woww?




Kegiatan yang malah memberikan banyak mudharat, daripada sebuah manfaat. Berhenti sampai di situ kah? Ternyata tidak.

Gerakan bagi-bagi takjil itu juga dibungkus dengan sebuah joke yang basi, garing dan malah membuat miris bagi yang melihatnya. Miris karena mereka membentangkan tulisan yang berbunyi “bomb takjil”.

Memang tak ada lagi joke yang bisa membuat orang lain tertawa kah? Kenapa harus dengan tulisan “bomb”? Mungkin bagi kalian, tulisan itu hanya sekedar lucu-lucuan. Tetapi apakah kata “bomb” itu juga terlihat lucu bagi para korban dan warga yang masih mengalami trauma mendalam dengan kebiadaban aksi teroris kemarin?

Melucu boleh saja, asal jangan sampai melukai perasaan orang yang menjadi korban.




Kalau sekedar mencari simpati, tidak usahlah turun ke jalan dengan berkampanye “kami baik lho, kami sopan kan atau please hug me”. Berbuatlah dengan aksi nyata  mendatangi gereja. Dan berbesar hatilah dengan mengakui serta meminta maaf kepada seluruh umat Kristiani di seluruh Indonesia. Katakan: “Kami mohon maaf dengan hati yang tulus kepada saudara Nasrani dan bangsa Indonesia atas perilaku teroris yang berpenampilan seperti kami.”

Karena tindakan meminta maaf itu lebih gentel daripada hanya membuat aksi simpati, sebagai bukti untuk pembenaran diri.

“Ah seandainya kata “bomb” itu diganti dengan “boobs” takjil, pasti banyak buaya darat yang mengerumuni, padahal tidak sedang berpuasa”.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.