Kolom Boen Syafi’i: SAYANG TIDAK HARUS MEMBUATNYA MELAYANG

“Mas, bukankah Mas ini kecebong? Kenapa akhir akhir ini Mas rajin mengkritik pemerintah, tentang masalah pembakaran bendera HTI oleh sahabat Banser?” Sebuah pertanyaan dari seorang cewek cantik dengan body aduhai mirip gitar pecah, yang bernama Sujarwo (Sujarwo Yulianti).

Ah, inilah bedanya antara kecebong dengan kamvret, yakni tidak terjebak kepada fanatisme buta.

Yang baik ya harus dikatakan baik, sedangkan yang buruk ya memang harus dikritisi. Agar keseimbangan itu tetap terjaga. Pak Jokowi memang orang baik, sederhana, anti korupsi, anti nepotisme dengan keluarganya dan juga pekerja keras yang tidak kenal kata istirahat untuk membangun Bangsanya. Namun, apa kita yakin orang-orang yang berada di bawahnya Pak Jokowi itu orangnya baik juga?




Tentu saja kita tidak yakin, mereka akan bekerja seperti halnya pimpinanya bekerja.

Masih ingat kasus karnaval anak TK yang disuruh berpakaian ala teroris ISIS di Probolinggo? Yang mengunggah video karnaval malah dicari dan diancam dipidana. Edan, bukan? Si pengunggah yang mengabarkan kepada publik, eh malah diancam UU ITE segala. Namun, sebelum niat mempidanakan itu kesampaian, jutaan suara para netizen yang membela si pengunggah video akhirnya menggagalkan niat untuk memenjarakannya.

Setnov juga pendukung koalisi dari Pak Jokowi, lantas apakah para kecebong membelanya? Yang ada benjolan si Setnov malah dibuat “guyon” oleh mereka.

Yang terakhir, kasus pembakaran bendera HTI oleh sahabat Banser. Andai para netizen tidak bersuara lantang, bisa jadi penanganan dari pihak yang berwajib akan jauh dari ekspetasi. Dan, kini, syukur Alhamdulillah para sahabat Banser itu dinyatakan tidak bersalah.

Karena sayang bukan harus membuat dirinya selalu melayang. Namun, sejatinya, sayang adalah selalu membuat orang yang kita sayangi selalu membumi, di setiap langkah langkahnya. Inilah bedanya kecebong dengan para kamvret.




Lha, kalau kamvret? Salah benar, asal satu gerombolan maka harus dikatakan benar, karena itulah prinsip mereka. Huh, dasar gerombolan Sontoloyo. Alias “sontoy” milik junjunganya ternyata sudah “loyo”.

Ahsudalah.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.