Kolom Edi Sembiring: AKAL-AKALAN CARBON CAPTURE AND STORAGE

Tapi bukan itu yang dilakukan Gibran

“Karena Prof Mahfud adalah ahli hukum, saya ingin bertanya bagaimana regulasi untuk carbon capture and storage,” tanya Gibran dalam sesi Debat Cawapres yang diadakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di JCC, Jakarta [Jumat 22/12].

Pertanyaan ini sebenarnya tidak tepat bila dilontarkan pada debat putaran ke dua ini, karena tema debat adalah terkait dengan Ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital), Keuangan, Investasi Pajak, Perdagangan, Pengelolaan APBN-APBD, Infrastruktur, dan Perkotaan.

Lebih tepat pertanyaan itu dilontarkan pada debat ke empat (Cawapres) dengan tema: Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa.

Mahfud hanya menjawab pertanyaan Gibran dengan menjelaskan terkait cara pembuatan regulasi. Sementara Gibran tetap mengulangi pertanyaan yang jelas di luar tema.

Kalau Gibran ingin puas membahasnya, tunggu saja di debat putaran ke empat yang ada membahas energi. Sebelum tiba waktunya, apakah Gibran tahu akal-akalan di balik Carbon Capture and Storage?

Dari akun Greenpeace di X (dulu bernama Twitter):

Carbon capture adalah solusi palsu yang tidak akan menyelamatkan kita dari krisis iklim. Carbon capture hanyalah akal-akalan yang diusung oleh industri batu bara dan minyak bumi agar bisa terus meraup keuntungan di atas kehancuran Bumi kita.

Carbon capture and storage (CCS) atau penyimpanan emisi karbon dioksida (CO2) adalah teknologi yang digunakan untuk menyimpan emisi CO2 dari kegiatan industri sehingga tidak mencemari udara.

CO2 tersebut diinjeksikan ke dalam reservoir di bawah tanah dengan kedalaman hingga dua kilometer. Saat CO2 diinjeksikan, bisa terlarut di dalam air dan berikatan secara kimia di batuan tanah dan tersimpan permanen.

CCS ini digadang-gadang akan menjadi jalan baru bagi pemerintah dalam menarik investasi khususnya sektor industri untuk masuk ke Indonesia. Pemerintah tengah menyiapkan regulasi melalui Peraturan Presiden (Perpres) untuk mengatur fasilitas CCS.

Keberadaan CCS kini mulai diperhitungkan oleh para pemain industri global yang mulai fokus mengurangi emisinya. Banyak para investor yang telah melirik Indonesia bila memang CCS dapat diakses oleh mereka. Besarnya potensi CCS di Tanah Air membuat peluang besar untuk digunakan oleh perusahaan luar negeri.

Prospek bisnis dari sisi hulu penyedia CCS, pendapatan bisa diperoleh melalui beberapa opsi. Seperti dari biaya penyimpanan CO2, biaya injeksi, maupun carbon credit.

Persoalan utamanya: Apakah kita ingin menuju penggunaan energi hijau atau tetap memperparah alam Indonesia dengan membakar batubara dan minyak bumi serta mengakalinya dengan menggunakan tehnologi perusahaan asing yang mencari untung dari kerusakan bumi?

Kalau juragan-juragan pemilik tambang batu bara tentu setuju dengan CCS. Jualan mereka akan laris manis sementara hutan ditebang dan bumi dikeruk. Pemanasan global kian parah.

Ini mengingatkan dengan Program Food Estate Singkong Prabowo dimana ratusan hektar hutan ditebang untuk ditanami singkong. Hutan hilang namun singkong tak ada hasilnya.

Apakah Gibran tahu bahwa berbicara menyelamatkan bumi justru dengan menyelamatkan hutan. Teknologi canggih penyerap karbon itu adalah hutan. Ini teknologi sederhana dan murah.

Hutan menarik sekitar sepertiga dari semua emisi karbon dioksida di atmosfer setiap tahunnya. Para peneliti telah menghitung bahwa hutan dewasa yang terus tumbuh dapat memungkinkan hutan menyerap karbon dua kali lebih banyak.

Sebagai contoh, hutan hujan tropis Kongo menyerap 600 juta metrik ton karbon dioksida per tahun. Angka ini setara dengan sekitar sepertiga emisi karbon dioksida dari semua transportasi di Amerika Serikat.

Tiga hutan di dunia yang berada di Brazil, Kongo dan Indonesia sangat penting untuk mencegah kian parahnya dampak perubahan iklim. Hutan menangkap dan menyimpan sejumlah besar karbon. Ini tehnologi sederhana dan jauh lebih murah dari tehnologi CCS.

Akal-akalan Food Estate Singkong tidak jauh beda dengan akal-akalan CCS. Keuntungan bagi segelintir orang dan dampaknya tetap melanggengkan kerusakan lingkungan.

Jauhi pemimpin seperti itu. Pilih pemimpin yang menjalankan program Energi Hijau.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.