Kolom Edi Sembiring: GERAH PADA SERUAN MORAL DARI 59 KAMPUS

Rektor Universitas Katolik Soegijapranata (Kota Semarang), Ferdinandus Hindarto, bercerita diminta orang yang mengaku anggota kepolisian membuat rekaman video pernyataan tentang pemilihan umum dan kinerja pemerintahan Jokowi. Rektor Unika Semarang ini menolak permintaan itu.

“Meminta supaya membuat rekaman video yang poin-poinnya disampaikan,” kata Ferdinandus.

Kepolisian Daerah Jawa Tengah atau Polda Jateng buka suara soal aksi sejumlah polisi yang meminta para pimpinan perguruan tinggi membuat pernyataan tentang pemilihan umum dan kinerja pemerintahan Jokowi. Pernyataan itu beredar dalam bentuk video di media sosial Tiktok.

“Dalam rangka cooling system,” ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Tengah Komisaris Besar Satake Bayu Setianto pada Selasa, 6 Februari 2024.

Menurut dia, langkah kepolisian meminta statement dari para pimpinan perguruan tinggi tersebut untuk mencegah perpecahan jelang pemilihan umum atau Pemilu 2024. “Agar pemilu damai,” kata dia.

Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 3 (Mahfud MD) mengaku mendapatkan laporan adanya intervensi untuk menekan rektor-rektor kampus yang belum menyatakan sikap dan deklarasi demi membangun demokrasi yang bermartabat. Pernyataan itu diungkapkan Mahfud MD saat berdialog dalam kegiatan bertajuk ‘Tabrak Prof’ di Yogyakarta [Senin 5/2: Malam].

“Secara bersamaan muncul operasi mendekati rektor-rektor yang belum mengemukakan. Mereka diminta menyatakan sikap yang berbeda untuk mengatakan Presiden Jokowi baik,” ungkap Mahfud MD.

Mahfud melanjutkan, ada beberapa rektor perguruan tinggi membuat pernyataan seperti yang diminta oleh pihak yang melakukan operasi tersebut. Namun, ada juga rektor yang jelas-jelas menolak, tambah Mahfud. Seperti rektor Universitas Soegijapranata di Semarang.

“Dia (rektor) mengatakan diminta untuk menyatakan untuk pemerintahan Jokowi baik, Pemilu baik dan lain sebagainya. Nah, itu yang beredar,” ujar Mahfud.

Seruan ataupun Petisi dari kelompok sipil maupun Guru Besar dan Alumni dari 59 perguruan tinggi sepertinya membuat penguasa gerah. Seruan-seruan ini sebagai bentuk keprihatinan terhadap dinamika perpolitikan nasional dan pelanggaran prinsip demokrasi menjelang Pemilu 2024.

Dan tuntutannya adalah agar penguasa netral dan menjalankan demokratisasi agar berjalan sesuai dengan standar moral yang tinggi. Ini demi mencapai tujuan pembentukan pemerintahan yang sah.

Begitu damai aksi yang dilakukan di banyak tempat. Dan begitu jujur seruan yang disampaikan.

Padahal hari-hari penuh hujan. Mengapa gerah dan menjadi kipas-kipas mencari angin?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.