Kolom Eko Kuntadhi: MAKE BOYOLALI GREAT AGAIN

Pendukung Jokowi itu kok baperan banget sih. Khususnya warga Boyolali. Masa Prabowo cuma bilang, tampang Boyolali itu tampang orang miskin. Akan diusir kalau masuk hotel, mereka sudah marah? Contohlah kami. Para pendukung Prabowo. Pada tahun 2014, Prabowo juga bilang: “Sebagian orang Indonesia itu naif dan goblok. Kami gak marah sama sekali.”

Omongan itu, pasti bukan untuk pendukung Jokowi. Itu ditujukan kepada kami. Para pendukungnya. Tapi, apa kami marah? Apa kami protes? Gak tuh.

Kami terima dengan ikhlas dan lapang dada. Mau dibilang naif, kek. Goblok, kek. Asal yang ngomong Prabowo, kami tetap tawakal. Kami ikhlas menerimanya. Kami serahkan saja urusan ini kepada Tuhan.

Bukan seperti warga Boyolali. Baru dibilang tampang orang miskin, mereka ngamuk dan demo keliling kota. Padahal yang ngomong, kan Prabowo. Kalau yang ngomong seperti itu Jokowi, baru mereka boleh ngamuk. Soalnya Jokowi itu pemimpin yang normal. Lho, ini Prabowo yang ngomong, kok ngamuk? Aneh.

Cobalah warga Boyolali bersikap seperti kami. Ikhlas menerima setiap omongan dan kelakuan Prabowo. Kalau dia bilang ‘goblok’, kami membalasnya dengan ucapan terimakasih yang tiada terhingga. Kalau dianggap naif, kami balas dengan puja-puji terhadap beliau. Kalau dibilang tampang orang miskin, kami terdorong untuk melakukan operasi plastik. Begitulah sikap kami terhadap Prabowo.

Maka, saran kami, Prabowo sudah menekankan, tampang warga Boyolali itu tampang orang miskin. Jadi mulailah berfikir untuk operasi plastik. Agar tampangnya berubah jadi orang kaya. Kalau gak punya duit, gunakan saja duit sumbangan korban tenggelamnya kapal di Danau Toba. Yang penting wajahmu terlihat kencang dan mulus.

Kalau Prabowo bilang Indonesia bakalan bubar 2030, kami langsung menyambutnya dengan tepuk tangan dan bersorak gembira. Coba, mana ada pemimpin yang bicara soal pembubaran? Cuma Prabowo seorang yang berani begitu.

Kami sebagai pendukungnya bersikap ikhlas dan tawakal. Kami gak akan menyahuti omongannya yang ngawur. Biarkan saja dia ngawur. Wong, dia Capres, kok. Bebas mau ngomong apa juga. Kami akan tetap bertepuk tangan memuja-muja dia. Sebab begitulah cara kami memuliakan Capres kami. Apapun yang keluar dari mulutnya harus dibalas dengan pujian agar senang hatinya.

Kami juga bertepuk tangan ketika dia bilang, 99% penduduk Indonesia miskin. Hanya 1% yang kaya, yaitu elitnya. Dia menyalahkan Jokowi. Padahal dia sendiri sejak dulu hidup di tengah elit. Sejak kecil ayahnya adalah ekonom dan politisi. Dia ada di tengah-tengah para elit. Ayahnya pernah memberontak pada pemerintahan yang syah, bergabung dengan gerakan PRRI/ Permesta. Lalu kabur ke luar negeri.

Ketika Orde Baru berkuasa, Prabowo justru berada di pusat kekuasaan. Dia mantunya Soeharto. Iparnya adalah Gunernur BI. Bapaknya juga perancang ekonomi Orde Baru. Prabowo sendiri hidup dari gelimang kekuasaan Soeharto. Adeknya adalah seorang kongkomerat.

Kami tahu, ketika Prabowo bicara soal 1% penikmat kekayaan Indonesia sambil memaki, dia sedang bicara tentang dirinya sendiri. Tentang keluarga dan lingkungannya sendiri. Tapi kami akan tetap tepuk tangan.

“Hidup Prabowo! Hidup Prabowo!”

Sama ketika Jokowi bicara soal kemiskinan masyarakat Papua, lalu secara serius membangun Papua, dia juga bicara soal pengalaman hidupnya. Jokowi, kan, pernah tinggal di pinggir kali. Rumah pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain. Bahkan pernah digusur.

Jokowi bukan dibesarkan dari keluarga elit. Dia anak orang miskin yang bekerja keras menggapai impiannya. Makanya cara berfikirnya normal. Kalau mau sesuatu, harus dengan kerja dan usaha keras. Bukan dengan ngomong doang.

Nah, sebagai pendukung Prabowo, kami harus memahami latar belakang itu, toh? Gak mungkin kami minta Prabowo bekerja sekeras Jokowi bekerja. Gak mungkin kami berharap dia bicara soal kemiskinan seperti ketika Jokowi bicara soal orang miskin. Prabowo gak pernah merasakan. Sedangkan Jokowi hidup dan besar dari suasana serba kekurangan itu.

Kalau kamu pendukung Jokowi, berharap dia bekerja secara serius. Itu wajar. Karena memang begitulah kemampuannya.

Kalau kamu pendukung Prabowo minta Capres kami kerja serius dan melayani rakyat. Itu namanya menghayal. Dia terbiasa dilayani. Bukan melayani. Jangan minta sesuatu yang dia gak punya, dong. Gak adil.

Jadi, saya protes kepada warga Boyolali. Gak usahlah demo memprotes omongan Prabowo. Baru dibilang tampang miskin. Masa protes?

Apalagi menuntut Prabowo minta maaf segala. Gak mungkin!

“Mas, saya mau orasi di hadapan masa Boyolali. Judulnya Make Boyolali Great Again….” timpal Abu Kumkum.

Gayamu, Kum…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.