Kolom Eko Kuntadhi: PEMUJA SUPER HERO

Dan, seorang pelawak menggenakan sorbannya, diangkat menjadi ustad. Seorang pengedit video mengenakan baju Koko, dinobatkan sebagai pahlawan Islam. Seorang buron karena kasus mesum, didaulat sebagai Imam Besar.

Lalu mereka menganggap dirinya sedang berjihad. Mengacungkan jari satu. Posenya sama seperti orang-orang beringas di Suriah, Irak, Libya, Marawi.

Orang-orang kehausan belajar agama, mencari-cari guru yang paling pandai mencaci. Mencari ilmu dari mereka yang paling hobi mengkafirkan. Padahal, adzan berkumandang di setiap masjid. Suara pengajian bebas mengalun kapanpun. Siaran TV setiap hari berisi pengajian dan ceramah. Adakah mall yang tidak punya musholah? Adakah gedung perkantoran yang tidak ada tempat bersujud?







Mereka tetap ingin membela Islam. Ingin memperjuangkan pemimpin Islam di Indonesia.

Tapi mereka bingung. Presidennya sudah muslim. Ketua DPR, MPR dan DPD semua muslim. Panglima TNI dan Kapolri muslim. Anggota DPR sebagian besar muslim. Gubernur, Walikota dan Bupati rata-rata muslim.

Tapi harga pangan naik tinggi, katanya tetap memprotes. Itu membuat umat Islam sengsara.

Ah, tidakkah mereka melihat data. Ukuran harga-harga naik adalah inflasi, seperti yang diajarkan di sekolah. Inflasi negeri ini, sekarang rata-rata hanya 4,3% setahun. Artinya kenaikan rata-rata barang cuma 4,3% itu.

Sementara pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1%. Itu artinya ada selisih pertumbuhan dan pendapatan. Kesejahteraan rata-rata justru meningkat. Dulu pertumbuhan ekonomi mencapai 7%, pekiknya. Lebih hebat dari Presiden sekarang. Ya, tapi inflasi 10%. Itu sama saja kesejahteraannya turun 3% setahun. Jangan dilihat dari berapa kamu dapat uang, juga harus dilihat berapa banyak kamu keluarkan uang.

Apa kamu tidak merasakan menjelang lebaran kemarin harga daging stabil? Bahan pokok makanan harganya biasa saja. Tidak ada yang melonjak-lonjak seperti roller coaster. Tapi kamu tetap mengeluh.

“Saya bayar listrik naik,” katanya.

Tapi, tidak ada kenaikan tarif listrik dari PLN. Dia yang boros memakai listrik. Dia yang menghujat pemerintah jika membayar sesuai konsumsinya.

“Ok. Ok. Itu memang fakta. Tapi kami mau membela Islam. Membela agama. Gimana, dong?” Mereka mulai melunak.

Berkarya saja yang baik. Tingkatkan kemampuanmu hingga kamu bisa mengangkat kemampuan orang-orang di sekelilingmu. Hindari korupsi. Berdaganglah yang adil. Berbuat baiklah kepada sesamamu. Orang akan melihat, bahwa kamu sedang memperindah pakaian agamamu.




“Kalau seperti itu tidak ada kesan heroik. Membela agama butuh tindakan yang terlihat. Garang. Teriak-teriak. Kita butuh sesuatu yang heroik.”

Ya, sudah. Jika kesan heroik itu yang kamu butuhkan. Ini saran saya: Berlariah ke mall mengenakan seragam Superman!

“Aku lebih suka Hulk, mas,” pekik mereka lagi.

“Kenapa?”

“Celananya cingkrang…”








One thought on “Kolom Eko Kuntadhi: PEMUJA SUPER HERO

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.