Kolom Eko Kuntadhi: RATNA SARUMPAET DAN PEREMPUAN BABAK BELUR

Sore ini berseliweran foto perempuan dengan wajah bengep dan diklaim orang sebagai wajah Ratna Sarumpaet. Halaman Twitter dan Facebook saya, terasa muram karena lalu lalang foto itu. Lalu, muncul kisah mengerikan bahwa Ratna dipukuli 3 orang sampai berubah wajahnya.

Yang mengeherankan, Ratna dipukuli pada tanggal 21 September 2018. Lalu, baru berkoar-koar soal kasusnya itu sekarang, setelah lebih 10 hari peristiwa itu terjadi.

Dia dipukuli orang tidak dikenal. Tidak ingat juga wajahnya. Ditolong oleh supir taksi yang tidak dikenal. Ditangani oleh dokter yang katanya temannya sendiri. Dan, yang menarik, sejak kejadian sampai sekarang, Ratna gak pernah lapor polisi.

Wajahnya juga berubah seperti sedia kala hanya dalam 10 hari. Padahal, kalau melihat fotonya ketika habis dipukuli, lukanya cukup serius.

Kejadian itu, jika benar terjadi, hanya Ratna Saumpaet sendiri yang tahu. Aktor lain ada, tapi mirip hantu. Gak bisa dikonfirmasi. Saking begitu misteriusnya kejadian itu, saya kuatir, jangan-jangan Tuhan juga gak tahu ada kejadian seperti itu.

Saya agak sedikit ragu, apakah benar peristiwa itu pernah terjadi atau cuma kisah HC Anderson. Bukan apa-apa. Wajah perempuan lebam yang diklaim wajahnya Ratna, kok terlihat jauh lebih cantik ketimbang foto Ratna dengan kondisi normal.

Masa wajah orang habis digebuki malah jauh lebih cantik?

Kalau kita menelaah lebih teliti wajah Ratna saat di foto normal, kesannya memang dia tiap hari mengalami penganiayaan serius. Setidaknya sering memgalami luka bathin yang parah. Buktinya, wajah Ratna selalu tampil agak asem-asem sedikit.

Lagian, buat apa ada orang menganiaya Ratna? Wong tanpa dianiaya saja, Ratna sudah sering menganiaya dirinya sendiri. Setidaknya dia menganiaya perasaanya sendiri dengan memelihara kebencian pada Jokowi.

Yang heran, kok mau orang seperti Fadli dan Prabowo percaya pada kisah Ratna. Apalagi ditambah-tambahi yang gebuki Ratna itu antek PKI. Kalau benar PKI masih ada, buat apa mereka gebuki Ratna. Sayang tangan mereka, taoo…

Tapi kita bisa membayangkan ada beberapa kemungkinan yang terjadi.

Pertama, Ratna sedang memanjat pohon yang kebetulan ada sarang tawonnya. Ratu Tawon cemburu, dikira ada orang mau menggantikan posisinya. Diperintahkan pasukan untuk mendandani wajah perempuan saingannya itu.

Ke dua, mungkin saja Ratna sedang shooting film pengabdi setan. Jadi, dia dimake-up wajahnya dengan hiasan lebam. Tapi, Abu Kumkum membantah kemungkinan itu: “Kalau mau shooting jadi setan, gak perlu make up lagi, mas.”

Ke tiga, Ratna sedang menjalani perawatan suntik botok. Tapi dokternya salah suntik. Akibatnya jemblem.

Ke empat, dia menderita alergi bedak. Harusnya memakai bedak kosmetik malah menggunakan bedak dingin yang biasa dipakai orang menyembuhkan cacar air.

Ke lima, ada kemungkinan, saat iseng, ada orang yang mengirim foto itu ke Ratna. Lalu, demi mengangkat isu PKI, diklaimlah wajah itu sebagai wajah Ratna. Yang kasian, yang punya wajah asli. Sudah babak belur begitu, eh malah difitnah sebagai Ratna Sarumpaet.

“Wajah babak belur, sih, gak seberapa, mas. Tapi dituduh sebagai Ratna Saumpaet itu yang lebih menyakitkan.”

“Mas, pernah ngebayangin gak, sih, gimana perasaan Rio Dewanto? Miris,” ujar Abu Kumkum.



One thought on “Kolom Eko Kuntadhi: RATNA SARUMPAET DAN PEREMPUAN BABAK BELUR

  1. “Dia dipukuli orang tidak dikenal. Tidak ingat juga wajahnya. Ditolong oleh supir taksi yang tidak dikenal. Ditangani oleh dokter yang katanya temannya sendiri. Dan, yang menarik, sejak kejadian sampai sekarang, Ratna gak pernah lapor polisi.”

    Wow, semuanya serba tak dikenal, serba gelap. Era gelap, era abad lalu, abad 20, banyak gunanya tadinya, untuk orang-orang gelap tentunya, dan yang tujuannya juga gelap: NWO!
    Tidak heran juga kalau Trump telah mengubah istilah NWO jadi ‘NO WORLD ORDER’. Trump anti globalis, pro nasionalis. “We reject globalism, and embrace patriotism” katanya ketika Sidang Umum PBB 25/9 lalu.

    Kalau NWO itu memang bagus untuk manusia dunia, mengapa harus digelap-gelapkan? Ah, . . . memang semua apa saja yang gelap atau tersembunyi dalam mencapainya, pastilah ada ‘apa-apanya’ disitu. Ada enaknya tetapi celaka bagi orang banyak sehingga harus gelap. Logis. Dan ini sudah digelapkan selama 170 tahun. Sejak Manifesto Komunis Marx 1848. Tujuan komunisme itu baru terbongkar sekarang, abad internet. Masih banyak yang belum sempat baca, tetapi sedang berlomba untuk membaca ‘rahasia’ komunisme NWO itu.

    Abad 21 adalah abad KETERBUKAAN. Dengan terbuka dan terus terang sudah merupakan jalan utama ke progres atau ke mana saja. Kembali pakai cara gelap abad lalu sepertinya sudah terlalu obsolete, tidak banyak lagi persoalan kemanusiaan bisa diselesaikan dengan jalan ‘gelap-gelap’.

    Mau jadi presiden? Ayo kemukakan diatas meja semua alasan dan argumentasinya. Ratusan juta rakyat, publik akan membikin penilaian dan keputusan dimana kepatutannya jadi presiden. Argumentasinya teruji secara ilmiah, karena diuji orang banyak dari segala macam lapangan ke ahlian. Kualitas hasil ujian ini tidak akan terkalahkan. Tukang taksi yang tidak dikenal juga boleh ikut nguji, tetapi harus pakai nama terang supaya bisa dihitung dan argumentasinya yang ilmiah tidak diambil orang lain yang malas berpikir sendiri.

    Pendukung Jokowi tidak perlu gelap-gelapan untuk mendukungnya. Tetapi juga tidak perlu gelap-gelapan mendukung Prabowo. Disitulah keindahannya pesta demokrasi pilpres itu. Letakkan semua diatas meja mengapa kita harus memilih Prabowo atau Jokowi. Tidak perlu fitnah atau menjelekkan tanpa argumentasi ilmiah. Fitnah hanya menandakan kekurangan argumentasi yang ilmiah itu. Atau tidak berani berargumentasi sama sekali, seperti era Orba dimana Soeharto menang terus tanpa argumentasi, tanpa boleh buka mulut kalau suaranya tidak disukai. Ini zamannya sudah terlalu jauh berlalu kalau masih pakai siasat gelap, lamunan jauh dengan harapan masih ada pengikutnya. Tetapi kalau masih mengikuti cara ini jelas bukan orang normal waras atau setidaknya bukan orang pandai dan berpikir.

    Bahwa komunisme dipakai oleh neolib/NWO untuk mencapai dan membangun tyrani internasional NWO untuk menguasai seluruh dunia dengan melikwidasi semua kekuasaan nasional dunia lebih dahulu, sekarang agaknya sudah tidak banyak yang belum baca. Karena itu juga tidak banyak yang belum mengetahui bahwa komunisme sudah diubah jadi radialisme/khilafah untuk meneruskan politik perpecahan dunia itu. Komunisme suda lama tidak bisa lagi dipakai untuk pecah belah atau divide and conquer antara berbagai bangsa atau antara berbagai aliran politik dalam satu nation.

    Kita tentu masih ingat di tahun 1965, siasat ini dipakai sangat mantap. Tetapi sekarang tidak mempan lagi pakai ‘komunisme’ untuk bikin perpecahan besar seperti 1965. Maka diciptakan ideologi ‘baru’ radikalisme/khilafah yang diberlakukan dinegeri-negeri beragama islam, seperti HTI/khilafah, FPI, Saracen, Musilim Cyber Army, 411, 212, dll dst yang dipakai di Indonesia. Dan Bokhuharam di Afrika begitu juga ISIS di Syria/Irak. Tentu tidak perlu bertanya siapa dibelakang ideologi ‘baru’ ini, karena ini hanya terusan dari taktik ‘komunisme’ yang sudah tidak bisa dipakai itu. Kalau belum baca siapa dibelakang taktik ‘komunisme’ jangan kuatir, masih ada waktu untuk membacanya, karena semua sudah tersedia di internet.

    Ayo Pak Jokowi dan Pak Prabowo, tinggalkan kegelapan, pakai keterbukaan dalam pesta demokrasi terbesar dan tersohor di Asia Tenggara 2019. Mari semua berpesta ria, tinggalkan kegelapan masa lalu.
    Semua soal DIATAS MEJA.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.