Kolom Ganggas Yusmoro: BUNGKUS YA TETAP BUNGKUS, TIDAK MENENTUKAN ISI

Masih ingat ketika Yuni Shara dibully habis-habisan saat memakai kostum dari budaya leluhur di negeri ini? Ya, begitu dahsyatnya mereka menjustifikasi seorang Yuni Shara dengan mengatakan bahwa berbaju budaya leluhur Indonesia tidak mencerminkan akhlak seorang yang beragama. Dikatakan seperti nenek-nenek.

Yang mengatakan siapa? Mereka-mereka para wanita yang berbaju gamis. Wanita-wnita yang punya “surga”.

Di sinilah sering kita semua berharap, kita semua menaruh ekspektasi kepada orang-orang yang berpenampilan gamis, yang kita harapkan bisa memberikan keteladan soal akhlak, perilaku, kepribadian, nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama itu sendiri.

Apa yang terjadi?

Ketika mobil Neno Warisman terbakar, si Neno langsung berasumsi bahwa peristiwa tersebut karena ada sangkut pautnya dengan tagar Ganti Presiden. Namun, setelah diselidiki oleh polisi, ternyata karena korsleting pada kabel.

Persoalannya adalah, asumsi si Neno langsung disambar oleh pengikutnya tanpa pikir panjang. Mereka langsung membabi buta menghujat pemerintah.

Juga ketika seorang Ineke Koesherawati ditangkap KPK. Dimana seorang Ineke konon juga sudah mengalami “hijrah” dan “sadar” yang dibuktikan dengan memakai kostum gamis. Apakah lalu nilai akhlaknya berbanding lurus? Ternyata terbukti hanya topeng! Hanya untuk sekedar bungkus.

Sekali lagi, semakin lama akan semakin menambah daftar panjang “bungkus tetap bungkus”. Nilai manusia tetap pada akhlak dan perilaku. Seorang Yuni Shara tetep mempunyai nilai lebih. Di samping mencintai budaya negeri sendiri, seorang Yuni Shara adalah manusia yang elegan dengan tampil apa adanya.

Gamis sih bagus namun jika pikiran kotor untuk apa?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.