Kolom Juara R. Ginting: BAHASA RAHASIA –Mboah !!!!!!!

Istilah Bahasa Rahasia ini pertama kali saya sampaikan ke sekelompok teman beberapa tahun lalu di sebuah warung tempat nongkrong di Lapangan Merdeka, Medan. Kebetulan ada 2 teman yang sedang berkunjung ke Medan dari Jakarta.

Dan teman kami yang di Medan adalah juga teman lamanya mereka.

Untuk menjelaskan apa yang saya maksud dengan Bahasa Rahasia ini kepada mereka saya ambil contoh kendaraan-kendaraan yang berlalulalang dari Medan ke Jakarta. Kita orang-orang Karo biasanya langsung mengenali bus atau mobil gerobak mana yang pemiliknya (dan biasanya juga para krunya) adalah Orang Karo.

Tulisan-tulisan di kaca atau dinding bus/ gerobak itu adalah contoh Bahasa Rahasia karena orang-orang Karo langsung mengenalinya sedangkan orang-orang non Karo tidak begitu memperdulikannya.

Semakin jelas apa maksudku dengan Bahasa Rahasia ketika kuceritakan kepada mereka pengalaman antropolog Merry M. Steedly mengendarai sebuah bus dari Jakarta ke Bandung. Dia mengenakan syal uis nipes (sejenis kain tenun Karo) sehingga sopir dan kernet bus itu yang kebetulan orang Karo memberi pelayanan ekstra kepadanya.

Bebebrapa waktu lalu, saya menulis mengenai Posisi Sunggal dalam laporan John Anderson (1823). Ada sebagian pembaca yang langsung menangkap Bahasa Rahasia, tapi ada juga yang tidak peduli karena terpaku pada pendapat “orang-orang besar” sehingga mengabaikan pendapat orang-orang besar lainnya.

Nampak sekali dari reaksi beberapa pembaca yang mengaku Kalak Jahe (baik di Deli maupun Langkat) yang bisa menangkap Bahasa Rahasia sebutan mboah dalam konteks peristiwa historis.

Bayangkan saja, John Anderson mengaku beberapa kali telah mendengar seruan mboah di perjalanannya menuju Sunggal. Seruan mboah ini jelas sekali datang dari orang-orang Karo atau orang-orang non Karo yang mengetahui tempat mandi (tapin) itu adalah tempatnya orang-orang Karo mandi.

Artinya, sadar atau tidak sadar, Jhon Anderson sudah melaporkan adanya kehidupan dan geliat Suku Karo di beberapa tempat sepanjang sungai sebelum dia tiba di Sunggal.

Siapa mereka? Di mana kampung mereka? Kan tidak mungkin perempuan-perempuan Karo dari Pancurbatu mandi-mandi di daerah Melayu sana, bukan?

Megermet terhadap Bahasa Rahasia (yang tidak harus dirahasiakan) dan mari kita lestarikan mboah.

Mboah ……… (aloi alu DILAKI …… atau DIBERU …… di kolom komen maka meriah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.