Kolom Juara R. Ginting: PENJAHAT BISA JADI PAHLAWAN — Indie Herdenking Memohon Pemulihan Nama Westerling

Kemarin dulu [Selasa 15/8] dirayakan di tiga kota besar Belanda sebagai usainya Perang Dunia II; Den Haag, Utrecht, Amsterdam. Setelah ledakan bom nuklir di Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945), Kaisar Jepang (Hirohito) menyampaikan pernyataan kalah perang.

Itu juga artinya hari kebebasan orang-orang Belanda di Indonesia (Indie) dari kekejaman Jepang.

Perayaan hari kebebasan itu disebut Indie Herdenking. Masing-masing dari ketiga kota memperingatinya dengan cara yang berbeda.

Demikian kemarin, msterdam memperingatinya dengan menghadirkan sebuah ceramah umum dari putri Kapiten Westerling (Palmyra Westerling). Inti ceramahnya memohon pemerintah memulihkan nama ayahnya.

“Beliau juga menolong banyak orang,” kata Palmyra.

Sebagaimana kita pelajari di Sejarah Indonesia, Kapiten Westerling adalah penjahat kemanusiaan. Dia mengeksekusi ribuan rakyat biasa di Medan, Jawa dan Sulawesi Selatan dengan cara sangat kejam. Dia terlibat dalam pemberontakan Negara Pasundan terhadap Pemerintahan Soekarno.

Lebih lengkapnya mengenai Kapiten Westerling dan kekejamannya di Indonesia dapat dicari di google.

Hal menarik yang hendak saya bahas secara singkat di sini adalah permohonan pemulihan nama Kapiten Westerling. Alasan putrinya memohon pemulihan nama ituadalah karena dia juga menolong pembebasan orang-orang Belanda dari camp-camp tawanan Jepang.

Semakin menariknya adalah batalnya Walikota Amsterdam (Femke Halsema) menghadiri Indie Herdenking kemarin. Alasannya adalah karena ceramah umum yang memohon pemulihan nama Westerling. Bila dia hadir, berarti dia setuju atas pemulihan nama itu. Nyatanya Halsema tidak hadir.

Sebagai mantan Ketua Umum Partai Hijau (Groen Links), tidak pantas rasanya seorang Halsema membela penjahat kemanusiaan. Salah satu perjuangan Partai Hijau sejak awal hingga sekarang, selain melindungi alam, adalah melindungi orang-orang lemah seperti halnya orang-orang muslim di Belanda dari tindakan diskriminasi.

Pemulihan nama Westerling mendapat dukungan dari kalangan Indo yang afiliasi politiknya lebih ke kanan (VVD, PVV, Forum voor Demokratie). Sementara Partai Hijau yang sekarang membentuk koalisi dengan Partai Buruh (PvdA) berafiliasi ke kiri.

Itu gambaran perhitungan politik yang tidak bisa diabaikan karena Pemilu segera tiba (November 2023). Namun, bagi kita sendiri orang-orang Indonesia, ini menyadarkan kita bahwa “akhir menentukan awal”. Jangan terlena dengan sejarah yang sudah dibuat dan tetaplah kritis terhadap sejarah yang sudah ada.

Khusus bagi kita orang-orang Karo, permintaan pemulihan nama ini juga mengigatkan kita bagaimana Perang Karo atau secara lokal disebut Perang Sunggal sempat dikenal dengan nama Perang Batak. Istilah Perang Batak mudah diterima di tingkat nasional karena adanya anggapan bahwa Karo adalah Batak.

Singkat cerita, sejarah selalu bisa diperbaharui. Jangan ngotot sekali mengatakan “itu yang kita pelajari di sekolah”. Buku-buku sekolah itu belum tentu ditulis oleh orang-orang berpengetahuan dan belum tentu pula tidak ditulis oleh orang-orang licik.

https://www.youtube.com/watch?v=yplNJ2Gzcvk

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.