Kolom Juara R. Ginting: PERBUDAKAN, PERUBAHAN JAMAN DAN KARO DI MEDAN

Raja Belanda kemarin (1 Juli 2023) menyampaikan rasa bersalah (permintaan maaf) secara resmi atas keterlibatan Belanda di dalam perbudakan dan perdagangan budak di masa lalu. “Kini jaman sudah berubah,” katanya mengingatkan adanya dua nilai yang berbeda. Dunia terutama keturunan para korban perbudakan bersoraksorai menyambut permintaan maaf Raja Belanda itu.

Saya sendirian termangu pada kalimat “kini jaman sudah berubah”.

Saya menyadari orang-orang Indonesia masih mengacu ke apa yang diberlakukan di Masa Kolonial sebagai kebenaran tertinggi. Sebagai contoh, sebagaimana juga dikatakan oleh sejarawan Karl Pelzer, Sultan Deli membangun Istana Maimoon di lokasi sekarang untuk menunjukan dirinya berkuasa terhadap orang-orang Karo.

Sebelumnya, Sultan Deli hanya memiliki rumah beratap rumbia berdinding tepas di Kampung Ilir (Labuhan Deli).

Pelzer mengingatkan kalau lokasi Istana Maimoon itu adalah wilayah Urung Suka Piring yang didirikan oleh merga Karosekali/ Meliala. Kalau kita merujuk kepada apa yang berlaku di Masa Kolonial, memang pantas kalau dikatakan Medan adalah Kota Melayu.

Akan tetapi, apakah perlakuan kolonial itu sudah benar dan kita terima menjadi kebenaran abadi? Apakah kita tetap menganggap pantas ada orang-orang yang dijadikan budak sementara penjahatnya sendiri sudah mengakui kesalahan mereka? Apakah kolonialisme tanpa unsur kejahatan?

Terngiang kembali ucapan Raja Belanda, “Jaman sudah berubah”. Dan aku berbisik dalam hati, “kembalikan Medanku kembalikan Karoku!”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.