Kolom Juara R. Ginting: SALAH SOAL

Diasumsikan, semua yang mengemban nama belakang Ginting adalah keturunan satu atau sekelompok kecil nenek moyang yang sama.

Berdasarkan asumsi itu maka dianggap logis mempertanyakan dari mana gerangan asalnya nenek moyang yang satu atau sekelompok kecil itu sebelum mereka atau keturunannya menyebar ke Tanah Karo. Ringkasnya, sebuah pertanyaan sudah didasarkan pada asumsi tertentu.

Masalahnya adalah, orang-orang yang membuat pertanyaan seperti itu tidak siap menerima asumsinya tadi adalah salah.

Seperti halnya merga Ginting, melalui sebuah penelitian yang mendalam sepanjang karir saya sebagai antropolog, saya menemukan kalau Ginting bukanlah sekelompok orang yang berasal dari satu nenek moyang. Ginting adalah sebuah KATEGORI yang merangkum beberapa kelompok sosial seperti halnya Munte, Suka, Jawak, Jadibata, dan lain sebagainya.

Pertanyaan dari mana asalnya merga Munte atau Jawak dan yang lain-lain terangkum di dalam merga Ginting masih relevan. Merga-merga ini memiliki wilayah urung dan kampung-kampung yang didirikan oleh nenek moyang mereka.

Periksalah, tidak ada wilayah urung yang menjadi satu identitas merga Ginting. Masing-masing urung menjadi identitas merga Munte, Suka, dan lain-lain yang DIKATEGORIKAN masuk ke merga Ginting. Sementara Ginting sendiri tidak lebih daripada sebuah KATEGORI.

Munte dan Suka sama-sama bagian dari Ginting, tapi menurut hikayat asal usul mereka, kedua merga ini berasal dari tempat yang berbeda. Bagaimana menjawab pertanyaan asal usul merga Ginting kalau merga-merga yang terhimpun di dalamnya punya asal-usul berbeda?

Begitu juga dengan Purba dan Sinulingga. Keduanya terhimpun di dalam merga Karo-karo, sedangkan mereka menurut hikayatnya berasal dari tempat berbeda. Purba dari wilayah Timur Taneh Karo, sementara Sinulingga dari wilayah Barat Taneh Karo.

Dengan kata lain, merga Karo-karo tidak punya asal usul yang sama melainkan sebuah himpunan dari beberapa merga. Dengan begitu pula adalah salah mengatakan Purba dan Sinulingga adalah cabang dari Karo-karo.

Dalam perdebatan KBB, sering ada orang mempertanyakan (terutama orang-orang Batak), “kalau Karo bukan Batak, dari mana asalnya Karo itu?” Ini adalah sebuah contoh salah soal lainnya. Mereka sudah langsung memasukkan realitas Karo ke dalam kerangka realitas Tarombo Siraja Batak.

Tentu tidak ada gunanya lagi berdebat dengan orang-orang yang telah berasumsi kuat kalau realitas Karo adalah bagian dari realitas Batak. Apalagi yang mau diperdebatkan kalau jawaban akhirnya mereka sudah punya dan tak pernah siap mementahkannya lagi?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.