LANGKAT CIGAR — Cerutu Hand Made Oleh-oleh dari Bahorok (Langkat)

Oleh ASPIPIN SINULINGGA

Tembakau Deli yang dahulu tersohor itu legendanya berasal dari daerah Batu Katak (Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat). Namun sayang, tembakau kualitas wahid untuk pembungkus cerutu itu memiliki musuh alami jika dibudidayakan di areal tersebut, yaitu Angin Bahorok.

Angin Bahorok ini mengikuti siklus fenomena alam yang datang periodikal (musiman) di areal perbukitan yang saat ini kita kenal dengan nama Bahorok.

Bahorok adalah kosa kata Karo yang mengkombinasikan kata Sansekerta bah (sungai) dan uruk (bukit) yang artinya sungai di perbukitan. Angin Bahorok kabarnya bertiup kencang, sehingga tanaman tembakau kerap tumbang dan tercabut dari tanah ketika angin ini bertiup. Karena kualitasnya yang sangat bagus sebagai bahan pembungkus cerutu, Belanda mulai mengusahakan perkebunannya di areal yang lebih ramah dan jauh dari tiupan Angin Bahorok.

Pembukaan lahan perkebunan tembakau (1865) inilah yang pada akhirnya memicu Perang Sunggal, perang perlawanan oleh Raja Urung Sunggal, sebagai pemimpin ulayat Suku Karo, pemilik sah Negeri Sunggal. Perang Sunggal menurut T. Lukman Sinar berlangsung paling lama antara pribumi Nusantara dengan kolonialis Belanda, berlangsung sejak 1872 sampai 1895 (23 tahun).

Penanaman Tembakau Deli di Bahorok

Perang ini berakibat dibuangnya ke Cianjur pimpinan Urung Serbenaman yang jadi pemilik sah wilayah Sunggal. Dia bernama Datuk Badiuzzaman Surbakti (Datuk Muda Sunggal). Itu pulalah awal perkembangan wilayah tersebut menjadi areal perkebunan yang produktif, silih berganti diusahai berbagai komoditas antara lain tembakau, tebu, dan saat ini mulai ekspansi sawit.

Itu pula yang jadi awal sejarah perbudakan dan perkulian di Pantai Timur Sumatera, yang dituliskan oleh Tan Malaka dalam biografi perjalanannya; Dari Penjara ke Penjara (1927). Itu pula mula lahirnya konflik panjang pertanahan dan agraria lahan seluas 8886 Ha yang sampai saat ini tidak berkesudahan. Itu semua dimulai dari sebatang tembakau, demi satu tarikan nikotin, satu hembusan asap cerutu.

Tembakau saat ini masih diusahakan oleh PTPN II dengan alokasi lahan hanya 4 Ha. Ini artinya Tembakau Deli sudah bertahan lebih dari 200 tahun di Pantai Timur Sumatera Utara (1965 – sekarang). Sejarah itu tak akan berulang, namun sejarah itu bisa dikenang lewat tarikan demi tarikan asap nikotin Cerutu Tembakau Deli yang ditanam di kampung halamannya; Uruk Batu Katak (Bahorok).

Sejarah itu bisa diresapi lewat tiap hembusan asap putih Tembakau Deli yang melegenda. Sejarah telah berlalu, namun sejarah tak akan mati. Untuk itu Cerutu Tembakau Deli kami gulung kembali sebagai oleh-oleh dari Bahorok. Oleh Kami, Orang Karo dari Langkat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.