Sirulo TV: Selama Kampanye, Djarot Tinggal di Rumah Paksana Ginting

ASPIPIN SINULINGGA. MEDAN. “Ijinkan saya belajar Bahasa Karo sebelum saya jadi Gubernur Sumut,” inilah kalimat pembuka Cagubsu Djarot Syaiful Hidayat saat berkunjung ke rumah Paksana Ginting, pendiri dan pemilik Mari Photo, di Studio Mari Photo, Jl Setia Budi, Medan [Jumat 19/1].

Bersama Djarot turut hadir Trimedia Panjaitan, Sekjed DPD PDI P Sumut (Sutarto MSi), dan Lancar Siahaan. Rombongan tiba di rumah milik putra Suku Karo dari clan Ginting ini pada Pukul 10.34 Wib yang kemudian dilanjutkan dengan berdiskusi antara rombongan Djarot dengan Relawan Pendukung Djarot dan tuan rumah.




Relawan dan Djarot mengupas masalah pembangunan pariwisata Sumut. Djarot melihat bahwa pariwisata Sumut lebih potensial dari Bali karena secara geografis maupun nilai budayanya sangat strategis. Disepakati bahwa pariwisata adalah sektor unggulan di Sumut yang selama ini terabaikan.

Temu ramah ini berakhir dengan begitu akrab dan kuat kesan kekeluargaan. Tuan rumah menawari Djarot untuk tinggal di rumah mereka selama masa kampanye. Dan, ini disambut keinginan Djarot untuk dapat menginap di rumah yang beliau anggap sangat nyaman dan artistik.

Lewat diskusi ini, relawan menilai Djarot sangat menguasai pemasalahan pariwisata Sumut dan memiliki gagasan-gagasan cemerlang dalam upaya pembangunannya. Bukan hanya terbatas pada pariwisata, relawan menilai Djarot mampu membangun Sumut secara umum sebagai sebuah provinsi dimana pariwisata sebenarnya adalah sektor utama tapi diabaikan selama ini.

Djarot memahami akar masalah pembangunan pariwisata Sumut, yaitu SDM. Menurut nya, pariwisata maju jika SDMnya adalah manusia pariwisata. Djarot mencontohkan Bali.

“Bali tetap hidup dalam.budaya mereka walau beragam etnis dan ras masuk ke wilayah mereka, sebab masyarakat Bali sadar. Pariwisata hadir dari kesadaran mereka memelihara adat istiadat suku mereka yang menimbulkan kertarikan wisatawan untuk datang,” papar Djarot.

Dia menggarisbawahi posisi Karo yang, selain memiliki keindahan alam dan keunikan budaya, punya potensi tambahan karena letak geografisnya yang dekat dengan kompetitor Malaysia dan Singapor tapi tidak memiliki budaya murni.

“Orang-orang Malaysia dan Singapor bisa datang beristirahat ke Berastagi sekitarnya dengan jarak tempuh yang singkat dari tempat mereka,” tegas Djarot.

Setelah acara diskusi, rombongan menjelajahi rumah Paksana Ginting yang dinilai oleh Djarot sangat artistik dan mengedepankan nilai-nilai pelestarian alam (konsep green house). Di saat itu pula Djarot menerima bingkisan berupa kopi home industri asli Karo dari Michael, penggiat senior kopi lokal Karo. Djarot juga menerima kain tenun khas Karo uis nipes untuk disampaikan kepada istrinya dan beka buluh untuk dia kenakan sendiri.




Djarot menilai Kopi Karo sangat potensial untuk dijadikan salah satu brand pariwisata Sumut dan membuatnya. Ini membuatnya semakin terpacu untuk dapat menjadi Gubernur Sumatera Utara agar dapat membantu Pemerintah-pemerintah Daerah yang wilayahnya meliputi sebagian dari Taneh Karo seperti halnya Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Langkat, dan Kota Medan.

“Sumut secara umum harus bisa menjadi icon Pariwisata Indonesia yang minimal bisa sejajar dengan Bali,” kata Djarot.

Hal senada diungkapkan oleh Paksana Ginting. Menurutnya, Sumut butuh pemimpin yang berpengalaman memimpin masyarakat sipil dengan bijak, cerdas, dan terencana.

“Djarot adalah orang yang tepat untuk itu sebab Djarot sudah membuktikannya saat memimpin Kota Blitar sebagai walikota. Bahkan prestasinya melebihi Jokowi saat itu,” kata Paksana.

Acara selesai pukul 11:46 dengan acara foto bersama relawan, keluarga besar Mari photo, Djarot dan Tim PDIP.










Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.