Kolom Eko Kuntadhi: LELAKI TELANJANG DADA (Adegan Demi Adegan)

Adegan I :
Seorang dengan bentuk badan gempal sedang dielu-elukan pendukungnya. Dia baru saja mendeklarasikan dirinya sebagai Calon Presiden yang akan menantang petahana.

Kamera menyorot bagian perut dan dadanya yang terbuka. Lemak menyembul di sana-sini. Memang tidak bisa dibohongi. Meski digembira-gembirakan, tetap saja ada rasa lelah menggurat di wajahnya.

Adegan II :
Kamera menyorot dua wajah lelaki. Mereka sedang asyik ngobrol di warung bubur.

Bambang Kusnadi : Kang, kok Capres mau-maunya diarak telanjang dada begitu? Penganten sunat aja kalau diarak harus mengenakan pakaian lengkap.

Abu Kumkum :
Dia mau meniru Putin, kali mas. Putin juga suka berpose telanjang dada. Kan kesannya jadi macho. Jantan gitu, lho.




Bambang Kusnadi :
Meniru Putin kok, ya, bisa dengan cara lain mas. Gak harus telanjang begitu. Aku nontonnya aja malu? Lagi pula ini kan pemilihan Presiden, kang, bukan pemilihan cowok L-Men.

Abu Kumkum :
Lho, kesannya kan tegas. Gagah. Gahar. Pemimpin memang harus begitu, Mbang. Biar dipilih rakyat.

Bambang Kusnadi :
Apa rakyat mau memilih pemimpin yang mirip Putin yang suka pamerin puting?

Abu Kumkum :
Hushh…



Bambang Kusnadi :
Ini menurutku ya, kang. Indonesia ini butuh pemimpin yang seimbang. Dia bisa tegas, tapi bisa juga lembut dan santun. Dia bisa koppig, keukeuh dengan pendapatnya. Tapi dia harus bisa rendah hati dan mau mendengarkan. Kalau tegas diartikan sama dengan galak, nanti demokrasi kita mati.

Abu Kumkum :
Mbang, mbang. Kamu tukang bubur saja mikirinnya sampai ke demokrasi segala…

Adegan III :
Seorang lelaki kurus, berkemeja putih, menggendong dua orang anak Suku Asmat. Kedua anak itu nyangklong begitu saja dalam gendongan. Dia adalah Presiden Indonesia pertama yang hadir di pedalaman Papua, menyambangi Suku Asmat di lokasi tempat mereka tinggal. Ada senyum dan keceriaan terpancar pada wajah anak-anak itu.

Adegan IV :
Bambang Kusnadi :
Tuh, kang. Kalau Presidennya cuma berkesan galak, nanti anak-anak jadi takut. Mana bisa gendong-gendong rakyat seperti itu. Jangankan anak-anak. Bapaknya juga mungkin akan ketakutan. Padahal Papua memang harus digendong, agar bisa sejajar dengan Jawa.



Abu Kumkum :
Jadi harus gimana, dong?

Bambang Kusnadi :
Yang adem aja, kang. Yang penuh cinta. Yang lembut dan santun.

Abu Kumkum :
Lho, emang kamu takut cuma karena melihat Capres tekanjang dada?

Bambang Kusnadi :
Kalau nonton videonya, sih, saya gak merasa takut. Malah mau tertawa terus…

Abu Kumkum :
Kamu mau ngenyek, ya?

Bambang Kusnadi :
Gak ngenyek, kang. Aku cuma bingung. Mbok ya, kalau telanjang dada itu perutnya dibuat sixpack dulu. Ini kan masih six-mounths…




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.