Kolom Juara R. Ginting: MENGENAL KONTEKS KERJA TAHUN

Berawal dari Kerja Tahun Merdang Merdem Kuta Medan 2023 [Rabu 26/7] di Lapangan Benteng (Medan). Protokol pria bertanya pada protokol perempuan apa artinya Kerja Tahun. Soalnya, menurut protokol pria, di sana hadir tidak hanya orang-orang Karo tapi juga dari suku-suku lainnya.

Jawaban protokol perempuan sangat mengejutkan saya. Menurut dia, kerja tahun adalah pesta panen.

Awalnya saya bertanya pada diri sendiri atas jawabannya, apakah dia tidak sadar kalau kerja tahun yang satu ini adalah Kerja Tahun Merdang Merdem, sementara merdang merdem adalah pesta musim tanam [padi ladang]?

Lalu, saya tulis di dinding fb saya mengenai kesalahan itu. Dari reaksi-reaksi terhadap tulisan itu, saya mendapat kesan banyak generasi muda Karo tidak membedakan Merdang Merdem dengan Kerja Tahun.

Merdang Merdem seolah istilah pengganti untuk Kerja Tahun. Ini sangat memprihatinkan karena “merdang” adalah kosa kata Karo yang masih umum dipakai di desa-desa Karo sampai sekarang. Artinya pun sangat jelas, yaitu menanam benih berbentuk biji-bijian di lahan kering dengan cara menabur benih ke lubang-lubang di tanah yang telah dibuat dengan alat tugal (perlebeng).

Dari semua reaksi terhadap tulisan itu, saya menemukan sesuatu yang hilang dari wawasan mereka terkait pemahaman Kerja Tahun. Pertama, sepertinya mereka tidak menyadari kalau Kerja Tahun itu terkait erat dengan lingkaran hidup padi ladang.

Live Streaming Hari Pertama Kerja Tahun Merdang Merdem Kuta Medan 2023

Masyarakat Karo tradisional melaksanakan ritual pada saat:

1. Menanam padi ladang (merdang)

2. Padi berbunga (erbunga benih)

3. Buah padi mulai berbulir muda (page du[hu]men)

Ritual menanam padi disebut Merdang Merdem. Merdang artinya menabur benih [padi], sementara merdem adalah ritual nyepi setelah menabur benih di Pusung Juma.

Dulu, diadakan ritual berpantang (rebu) untuk tetap di dalam pemukiman (tidak boleh ke ladang atau pengembalaan selama 4 hari 4 malam berturut-turut.

Karena itu, kampung-kampung Karo di Karo Timur (Kecamatan-kecamatan Silima Kuta, Dolok dan Silo di Kabupaten Simalungun serta Senembah di Deliserdang) menyebut Kerja Tahun mereka rebu-rebu. Pada saat padi mulai berbunga (erbunga benih) diadakan ritual Mere Page di Pusung Juma.

Konsep sexuality sangat penting pada ritual ini. Sexuality ringan adalah dengan mempersembahkan seruas lemang di Pusung Juma dan nanti meminta bebere laki-laki mengambil dan memakannya. Ini terkait dengan konsep “Tendi Page (Beru Dayang) adalah putriku”.

Sexuality kelas berat adalah dengan menyuruh suami bugil ke tengah ladang memberikan sesajen. Ini terkait dengan “my rice field is my lover”.

Kerja Tahun Nimpa [Er]Bunga Benih konsepnya adalah mengolah sisa-sisa benih di Musim Tanam dulu menjadi cimpa.

Ketika buah padi mulai penuh tapi masih rapuh untuk dikunyah (page du[hu]men) diadakan ritual Ngembah Page Dumen ku Sembahen Kuta. Ritual ini masih dilaksanakan setiap tahun di beberapa desa di Liang Melas Gugung dan Liang Melas Berneh, seperti halnya di Martelu.

Page dumen dibawa dengan sumpit ke Sembahen Kuta. Nanti dibawa pulang dan ditumbuk jadi emping beras (pahpah). Itu menjadi penganan utama Kerja Tahun Rani (Panen).

Semua tahapan daur hidup padi ladang itu mewajibkan ritual. Tapi, salah satunya dirayakan besar-besaran setahun sekali sebagai pesta muda mudi yang disebut Guro-guro Aron.

Pesta itu disebut Kerja Tahun karena dilaksanakan setahun sekali. Dikatakan pula Kerja Tahun Guro-guro Aron karena dimeriahkan dengan pesta muda mudi (aron), terutama pesta musik, tari dan lagu.

Ada yang menyebutnya Kerja Merdang Merdem karena dilaksanakan pada saat Musim Tanam (Merdang). Ada yang menyebutnya Kerja Tahun Nimpa Bunga Benih karena dirayakan saat padi sedang berbunga. Ada yang menyebutnya Kerja Tahun Mahpah karena dilaksanakan pada Musim Panen.

Meski ada 3 tahapan penting dalam daur hidup padi ladang (tuhur), masing-masing desa Karo (kuta) melaksanakan Kerja Tahun sekali setahun. Desa Suka adalah kekecualian karena mereka melaksanakannya dua kali setahun (dulunya).

Pelaksanaan Kerja Tahun dua kali setahun oleh Desa Suka terkait posisinya yang menjadi Ibu Negeri Siwah Sada Ginting. Hanya Sang Ibu Negeri yang berada di Karo Bagian Timur, sementara desa-desa lainnya dari negeri ini berada di Karo Barat. Ini mengingatkan adanya korelasi antara Kerja Tahun dengan territory.

Itu bisa juga kita lihat dengan Batukarang yang merayakan Kerja Tahun pada Musim Tanam (Ngerires) sementara desa-desa lainnya di Negeri Lima Senina sebagian besar merayakannya pada Musim Padi Berbunga (Nimpa Bunga Benih) sebagaimana desa-desa lainnya di wilayah Gunung-gunung.

Sepertinya Batukarang menempatkan dirinya sejajar dengan sebuah desa di Karo Timur yang, menurut dugaan saya, kemungkinan besar adalah Naga Saribu.

Demikian juga halnya dengan Sipitu Kuta Ajinembah yang merayakan Kerja Tahun bersamaan dengan Musim Tanam, tapi anak berunya (Kacinambun) justru merayakannya seperti Gunung-gunung saat Padi Berbunga.

Daging Kerbau dan cimpa yang terbuat dari tepung beras adalah krusial untuk Kerja Tahun. Dibantainya seekor kerbau (mantem) pada tengah malam bersamaan dengan Tutup Tahun (Old Year), disambut dengan makan cimpa ampam di Pagi Dini Hari menandakan New Year.

The period of a year is embodied by a sacrificed water-buffalo at the end of an Old Year, but it is embodied by the shoot (beru) of the rice plant at the start of a New Year.

Cukera Dudu (Malam ke 13) adalah waktu ideal untuk Kerja Tahun karena peralihan tahun (Old and New Year) terjadi pada Tula (Malam ke 15). Kerja Tahun berlangsung 2 malam sebelum dan 2 malam pula sesudah Tula.

Ketika saya mengedit sebuah berita dengan menterjemahkan Kerja Tahun dengan Perayaan Tahun Baru, si reporter terkejut dan menjelaskan bahwa Kerja Tahun bukan Tahun Baru.

“Memang tidak seragam Tahun Barunya di seluruh Karo, tapi Kerja Tahun itu adalah Tahun Baru,” kataku dan kemudian menjelaskannya sehingga dia menerima.

Ada satu daerah Karo yang tidak pernah dari dulu merayakan Kerja Tahun. Tahukah kam daerah mana itu dan mengapa mereka tidak merayakannya?

Kalau kam memahami ini kam akan mengerti makna “mbelang denga Taneh Sunggal” bukan sebagai tempat pembuangan pasangan kawin sumbang, tapi sebagai Titik Nol dari pergerakan Sembuyak dalam pertumbuhan dan pergerakannya dari PINGGIRAN ke PUSAT Kedaulatan Karo Society.

Jangan samakan Merdang Merdem dengan Kerja Tahun dan jangan samakan Kerja Tahun dengan Guro-guro Aron.

Live Streaming Hari Ke 2 Kerja Tahun Merdang Merdem Kuta Medan 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.