Semasa Era Orde Baru, sang diktator menunjuk menterinya. Selama ini, sejak Reformasi, orang-orang pada rebut kursi menteri. Masuk partai supaya bisa jadi menteri, terutama jadi ketua partai.
Pendeknya, terpenting adalah jabatan/ kedudukan, sampai-sampai profesi yang tak cocokpun bisa menduduki jabatan menteri apa saja. Jokowi kelihatannya mau bikin jabatan sebagai pekerjaan, tugas melaksanakan kepentingan rakyat, sesuai dengan tugas tiap kementerian.
Jiwa rebutan jabatan menteri masih merajalela di kalangan orang-orang sekeliling Jokowi juga.
Langgam Jokowi, dimana jabatan sebagai tempat dedikasi untuk rakyat, tidaklah begitu penting bagi para pelomba jabatan ini. Selama kedudukan/ jabatan ini masih jadi impian dan rebutan, selama itu juga pekerjaan/ tugas tidaklah penting.
5 tahun jabatan Jokowi akan sama dengan 10 tahun pemerintahan SBY, dimana rebutan jabatan/ kementerian terutama kementerian ’basah’ akan tetap berfungsi sebagai ATM bagi menteri dan pegawanya.
Obatnya, TRANSPARANSI. Dengan resep transparansi, segala macam penyakit KEGELAPAN, setan dan siluman bisa diobati. Adakah yang tak bisa diobati dengan TRANSPARANSI?