Kolom Eko Kuntadhi: PASANGAN ISLAMI (Almukarom Prabowo – Alustad AHY)

Jika saya jadi Prabowo, sekarang ini saya gak peduli dengan keributan yang dibuat PKS dan GNPF. Mereka boleh saja menekan dengan mengumbar isu agama untuk memaksakan kehendaknya, tapi Prabowo sudah punya jagoan yang layak dipertimbangkian. SBY sudah tepat menyodorkan AHY sebagai pendamping Prabowo.

Hanya mungkin, GNPF selama ini terbuai matanya cuma melihat nilai keislaman seseorang dari tampilan luarnya saja.

PKS misalnya, memang punya jagoan Salim Segaf Aljufri, Ketua Dewan Syuro PKS yang juga bekas Dubes Saudi Arabia. Yang mau dijual PKS tentu soal atribut keagamaan Salim Segaf. Selain keturunan Arab, pernah jadi Dubes di Arab, Salim Segaf juga kini posisinya sebagai Ketua Dewan Syuro PKS. Kurang Islami apalagi?

Tapi, saya rasa ilmu keislaman Salim Segaf masih gak sebanding dengan AHY. AHY memang tidak dididik dalam pendidikan agama secara khusus. Tetapi, dari sisi keilmuan agama, kayaknya Salim Segaf perlu cium tangan jika menghadapi AHY. Salim boleh keturunan Arab, sedangkan AHY keturunan SBY. Jelas beda.

Tentu saja, AHY bukan orang yang suka petantang-petenteng menampilkan keshalehannya seperti rata-rata orang PKS. Orang PKS boleh pelihara jenggot dan jidat hitam, tapi AHY gak butuh simbol-simbol keagamaan seperti itu. Hanya orang yang baru berdekat-dekat dengan Tuhan saja yang membutuhkan simbol.

Bagi AHY, beragama tidak harus dengan berbaju koko atau berkopiah putih. Sebab, beragama adalah soal kualitas, bukan soal penampilan semata. Lihatlah stelan bajunya yang modis. Atau ikat pinggangnya bermerk LV. Itu semua juga bisa jadi gambaran seorang muslim yang taat.

Bagaimana dengan Somad? Aduh, kok ngebandingin dengan Somad. Somad sih, baru sebatas cuap-cuap soal agama. Baru sebatas kata-kata. Kelasnya sama dengan Anies, cuma kata-kata saja.

Jika dibandingkan dengan AHY, belum ada seujung kukunya. Dari sisi keislaman, bagi saya AHY jauh di atas Somad. Bedanya karena memang profesi Somad sebagai penceramah, hingga dia keliatan orang lebih menonjol. Padahal sih, gak begitu.

Kekalahan AHY dibanding Somad hanya dari sisi bentuk wajah. Orang bisa menelaah potongan keduanya mulai dari belahan rambut, susunan gigi, bentuk bibir sampai potongan tubuh. Mungkin sampai meneropong bentuk tengkoraknya. Akan terlihat Somad lebih alami dilihat dibanding AHY. Singkatnya AHY terlalu mboys, jika mau jadi Cawapres. Sementara Somad terlihat natural.

Kalau mau cari Cawapres yang agamis, salah besar kalau Prabowo memilih Salim Segaf atau Somad. Pilihan yang pas adalah AHY. Dia mewakili citra Islam yang mboys. Dijamin ukhti-ukhti PKS akan melongo melihat tampilan ikhwan dari Demokrat ini.

Kalau saya jadi Prabowo, ngapain pusing-pusing mikirin PKS, dan PAN. Mereka cuma sebatas jualan agama sebagai simbol. Sebagai tampilan. Ujung-ujungnya cuma minta jabatan. Sementara AHY tidak menjual simbol dan tampilan agama. Dia cukup menjual bapaknya. Plus kecukupan modal untuk kampanye.

Apalagi Prabowo harus dipusingkan dengan ulah GNPF. Wong dia juga tahu, acara Ijtima Ulama itu kan cuma akal-akalan saja. Cuma sandiwara saja agar seolah-olah bisa mengelabui umat Islam. Sesungguhnya itu cuma langkah politik. Tidak lebih.

Buat apa dipikrin?

Pasangan Almukarom Prabowo dan Alustad Agus Harimurti Yudhoyono saya rasa adalah pasangan yang mewakili nilai relegius yang cukup. Pasangan agamis yang bukan dilihat dari penampilan luarnya saja.

“Tapi kata Eggi Sudjana, Prabowo perlu belajar ngaji dulu, mas,” tanya Bambang Kusnadi.

“Kalau cuma Alfatehah, sih, kayaknya hapal mbang,” celetuk Abu Kumkum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.